Edan! Jangankan Turis, Biawak Saja Diperkosa di India Sebelum Dagingnya Dimakan

INDIA (marwahkepri.com) – Peristiwa tragis di mana seorang turis Spanyol menjadi korban pemerkosaan oleh tujuh pria telah mengguncang dunia. Namun, di India, sebuah peristiwa yang tak kalah mengerikan juga terjadi, di mana empat pria India kedapatan memerkosa seekor biawak Bengal.

Kejadian ini bukanlah sebuah hoaks atau bercandaan. Pemerkosaan terhadap hewan ini benar-benar terjadi di India. Ini adalah contoh tragis bagaimana kekerasan dan kekejaman dapat ditujukan tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk hidup lainnya.

Peristiwa pemerkosaan terhadap biawak tersebut terjadi pada tahun 2022 di Maharashtra, India. Otoritas hutan setempat berhasil menangkap empat pemburu yang diduga melakukan pemerkosaan terhadap biawak Bengal di Cagar Alam Harimau Sahydari.

Keempat tersangka, yang diidentifikasi sebagai Sandeep Tukram, Pawar Mangesh, Janardhan Kamtekar, dan Akshay Sunil, diduga masuk ke zona inti Cagar Alam Harimau Sahydari dan melakukan tindakan yang amat keji ini.

Mereka tidak hanya memerkosa biawak tersebut, tetapi juga membunuhnya dan bahkan memakan dagingnya. Tindakan keji ini telah mengejutkan banyak pihak, termasuk penjaga hutan setempat yang menyebutnya sebagai kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dari pemeriksaan ponsel para tersangka, otoritas hutan menemukan bukti berupa foto dan video yang menunjukkan kejadian mengerikan tersebut. Para pelaku tampak melakukan pemerkosaan secara beramai-ramai terhadap biawak tersebut.

Departemen Kehutanan Maharashtra telah mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku dengan membawa masalah ini ke Pengadilan Pidana India. Para terdakwa dapat dijerat dengan hukuman penjara selama tujuh tahun sesuai dengan Undang-undang Perlindungan Satwa Liar 1972, karena biawak bengal termasuk dalam spesies yang dilindungi.

Para pejabat berwenang berkomitmen untuk menindaklanjuti kasus ini secara serius, dan mereka menegaskan bahwa tindakan hukum yang sesuai akan diambil terhadap para pelaku. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani