OPINI | Kontribusi Indonesia dalam ASEAN

Oleh Hasrul Sani Siregar, MA – 
Master Ekonomi-Politik Internasional, IKMAS, UKM, Malaysia

Salah satu faktor yang menjadikan Indonesia masih memiliki pengaruh yang cukup besar di kawasan Asia Tenggara khususnya dalam organisasi ASEAN adalah jumlah penduduk yang besar serta wilayah yang cukup luas dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Dengan faktor yang demikian, Indonesia dapat memainkan perannya dalam menjaga kestabilan baik ekonomi, politik dan pertahanan keamanan dalam menjaga stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara. Potensi pasar domestik dan nternasional yang dimiliki oleh Indonesia juga dilihat sebagai salah satu kekuatan Indonesia di mata negara-negara ASEAN serta negara Timor Leste yang masih dalam proses menjadi anggota penuh ASEAN (ASEAN + Timor Leste).

Oleh sebab itu, Indonesia masih tetap menjadi tumpuan yang cukup besar bagi negara-negara ASEAN lainnya untuk melakukan kerjasama dan menggalang kekuatan di antara negara-negara ASEAN.

Tulisan ini mencoba menjelaskan kontribusi Indonesia sebagai Negara pendiri ASEAN serta upaya menciptakan kestabilan ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Memandang hal yang demikian, sebagai organisasi ASEAN, Negara-negara didalammnya tentu memiliki tanggung-jawab untuk menjaga kestabilan regional di kawasan ASEAN.

Tentu ASEAN akan menghadapi tantangan global dan bermitra dengan Negara-negara lainnya. Oleh sebab itu pula komunitas ASEAN dalam komunitas global bangsa-bangsa (ASEAN Community in a global Community of Nations) menjadi tantangan ke depannya.

Sebagai negara yang memiliki kontribusi dalam pembentukan ASEAN, Indonesia memiliki kepentingan yang cukup besar dalam hal menjaga stabilitas ekonomi, politik dan pertahanan-keamanan regional di Asia Tenggara. ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand oleh 5 negara yaitu Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia dan Singapura.

Kemudian pada 8 Januari 1984 Brunei Darussalam bergabung ke dalam ASEAN yang kemudiaanya disusul oleh Vietnam pada tanggal 28 Juli 1995 disusul oleh Laos dan Myanmar (Burma) pada tanggal 23 Juli 1997 dan terakhir disusul oleh Kamboja pada tanggal 30 April 1999.

Deklarasi Bangkok awal mulanya bertujuan menyatukan negara-negara anggota melalui usaha bersama dalam memajukan kerjasama ekonomi, politik dan kesejahteraan bagi masyarakat dan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu negara pendiri ASEAN (founding countries), Indonesia masih dianggap oleh negara-negara ASEAN lainnya memiliki pengaruh dalam menyatukan negara-negara ASEAN dalam menjaga stabilitas ekonomi, politik dan pertahanan keamanan yang berhadapan dengan pengaruh luar ASEAN.

ASEAN berhadapan dengan China dalam konflik di Laut China Selatan, sebab beberapa negara ASEAN masih memiliki konflik perairan di Laut China Selatan dengan negeri Tiongkok tersebut. Oleh sebab itu ASEAN tetap berprinsip untuk menyelesaikannya dengan jalur diplomatik dan meja perundingan.

Indonesia telah banyak berkontribusi dalam ASEAN khususnya melalui meja perundingan. Indonesia mengetuai Delegasi ASEAN dalam perundingan dengan Amerika Serikat dan Rusia dalam forum KTT ASEAN dan East Asia Summit ke-19. Indonesia mengetuai Forum ASEAN Political Security Community (APSC) Council, ASEAN Economic Community (AEC) Council, ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) Council, ASEAN Foreign Ministers’ (AMM) Meeting, ASEAN Economic Ministers’ Meeting, ASEAN Defense Ministers’ Meeting serta ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes. Oleh sebab itu, kontribusi yang besar tersebut menjadikan kekuatan ASEAN semakin dinamis dan menjadi bagian dalam menyelesaikan konflik baik regional maupun internasional.

Tidak juga dinapikan bahwa dalam komunitas ASEAN sendiri, juga masih timbul konflik sesama anggota ASEAN. Itu merupakan hal yang wajar dalam berinteraksi dalam komunitas regional kawasan Asia Tenggara. Isu separatis masih menjadi masalah yang cukup besar untuk dapat diselesaikan oleh masing-masing negara anggota ASEAN. Dapat disebutkan beberapa konflik di internal Negara-negara ASEAN.

Philipina masih dihadapkan dengan masalah konflik Moro di Selatan negara tersebut. Thailand masih menghadapi masalah dengan konflik Pattani di wilayah selatan negara tersebut. Myanmar (Burma) juga dihadapkan dengan masalah pemberontakan-pemberontakan dari kelompok minoritas seperti Karen. Demikian pula halnya dengan Indonesia yang juga dihadapkan dengan masalah kelompok bersenjata di Papua.

Namun, masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN, umumnya tidak menghalangi komitmen dari negara-negara ASEAN sendiri untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi, politik dan pertahanan-keamanan khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Redaktur: Munawir Sani

 

-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f