IFRAME SYNC

KOLOM | Missing Link dan Duplikasi Kitab Suci dalam Kredo Israel

Ilustrasi: freepik.com

 

Oleh Muhammad Natsir Tahar

Tentang Tuhan dan langit, tentang tanah dan air. Manusia berulang-ulang berbicara hal ini sejak hari pertama kesadaran. Tidak ada hari Senin di planet Mars, semua hari kacau di cincin Saturnus.Tuhan Maha Galaksi ditarik paksa melewati leher botol sejarah oleh agama-agama. Tiap klan dan wangsa merasa paling dipeluk Tuhan.

Apa yang membuat Zionisme besar kepala. Sebesar galaksi Andromeda. Mereka mengepakkan sayap besi untuk merebut kembali tanah suci Tuhan. Bak negara api, mereka tak ingin berbagi Yerusalem sebagai ibukota sejati orang-orang Yahudi. Mereka melibatkan Tuhan untuk melancarkan kejahatan mitos, dari kedunguan kuno dan miopia abadi.

Dengan petualangan “suci” dari hanya 0,2 persen umat manusia dan 0,005 persen dari permukaan bumi, dan hanya sekejap kedip lilin dari beribu bahkan juta tahun sejarah umat manusia, apa yang membuat mereka tampak penting di mata Tuhan dibanding penduduk Jomon, nenek moyang suku Proto-Jepang, orang-orang Maya dari Mesoamerika, suku-suku di Nugini, penghuni pulau Tasmania di belakang Australia, atau jika mungkin dari setitik kesadaran di Pluto yang baru saja dihapus dari barisan planet. Bisa jadi bagi pilot-pilot UFO berwajah serangga dari galaksi jauh yang sudah sering tertangkap basah. Mereka mungkin akan ditertawakan.

Pluto sebesar itu pada Agustus 2006, dicoret oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU) dari barisan planet-planet saking kecilnya. Pluto yang kerdil tak lagi disebut planet, bagaimana dengan Israel dan lintasan sempit sejarah Yahudi yang tampak sangat tidak penting dari keseluruhan permukaan bumi dan sejarahnya. Hanya setitik noktah.

Tuhan Israel dianggap sebagai Tuhan tunggal. Tidak ada Tuhan selain Tuhan Israel? Artinya jangan pernah lahir dari rahim puak lain, jangan pernah menjadi Viking atau Gipsi jika ingin bertuhan yang benar. History is written by the victors, sejarah ditulis oleh pemenang, apakah juga berlaku bagi kitab suci?

Dan kisah-kisah di kitab suci itu berbenturan dengan Enuma Elish dan Epik Gilgamesh dari Mesopotamia (juga ditiru oleh Epos Odisseus oleh Yunani Kuno) yang jauh lebih kuno tentang penciptaan alam semesta, tentang manusia pertama yang dicipta dari tanah liat bernama Adapa, serta kembaran kisah Noah alias Nuh tentang Dewa Ea yang meminta Utnapishtim dan keluarganya membuat kapal besar lalu menyelamatkan masing-masing sepasang hewan yang ada.

Tidak ada jejak eksodus penduduk Yahudi dari Mesir, yang dipimpin Musa selain yang ditulis kitab suci, belum ada bukti valid setelah para ahli melakukan puluhan riset dan penggalian. Namun fakta arkheologi justru membuka kisah Raja Akkadian dari peradaban Sumeria bernama Sargon, yang hidup sebelum Musa lahir, ia adalah bayi yang dihanyutkan di sungai. Orang Mesopotamia boleh lebih purba, tapi agaknya mereka bukan pemenang.

Medio abad 18, dua kerajaan Burma dan Siam berebut legitimasi dengan membawa-bawa kesetiaan kepada Sang Budha. Pada 7 April 1767, tentara raja Burma Hsinbyushin menyerbu ibukota Siam. Mereka membunuh, menjarah, memperkosa, membakar pagoda dan biara, membawa pulang ribuan budak, serta gerobak penuh emas dan permata.

Hsinbyushin bersembahyang di pagoda-pagodanya sendiri, memohon kepada Budha untuk memberkati pasukannya dengan lebih banyak kemenangan. Ia memperluas Pagoda Swhedagon, menyepuhnya dengan emas dan permata yang mungkin dijarah dari Siam, sambil mengeksekusi raja tawanan dan kerabatnya.

Bangsa-bangsa itu dihinggapi penyakit ultra nasionalisme, lalu dengan volume otak yang sempit dan rabun jauh, menganggap Tuhan akan selalu memeluk mereka dari atas langit, sejahat apapun tindak tanduk mereka, umat pilihan tak pernah salah.

Jika ada kredo tentang sejarah ditulis oleh pemenang, maka untuk meraih kemenangan selanjutnya, pohon sejarah imajinatif itu harus terus disiram dan dibesar-besarkan dengan bualan kosong. Padahal ada indikasi missink link dan duplikasi antara kitab suci dengan fakta sejarah.

Maksudnya, jika sudah bicara dalam domain iman, ya sudah percaya saja. Kunci pintunya, matikan lampunya, tutup saja telinga, jangan membawa-bawa logika dan abstraksi empiris ke dalamnya, karena modal iman cukup percaya dan berserah.

Jangan banyak bertanya, misalnya apa mungkin ayat-ayat agama ditulis ulang atau ditebang pilih oleh pria-pria sebagai pemenang, sehingga surga hanya memanjakan pria dengan puluhan bidadari. Jika ingin masuk surga, wanita harus melayani suami prianya sepenuh hati, merelakan pria memperbanyak istri, dan meniduri budak perempuan mereka. Surga macam apa bagi wanita, ketika saban hari  harus menyaksikan suami mereka menggilir perawan-perawan bidadari? Berhentilah bertanya, atau kita akan terjerumus dalam kekafiran.

Jika kiamat terjadi pada hari Jum’at di Yerusalem, maka pergilah ke negeri yang masih hari Kamis, atau terbang ke planet Kepler yang tidak ada hari Jum’atnya. Jika Dajjal bermata satu turun ke bumi, perlukah dia menyapa keturunan Dinasti Joseon di Korea Utara, yang kenal saja tidak. Memangnya Dajjal siapa? Jangan pernah mengusik iman dengan pertanyaan-pertanyaan macam begini. Jangan.

Perdebatan antaragama, tidak akan pernah terlihat ilmiah dan berbobot secara filsafat karena berpijak di atas pondasi epistemologi yang rapuh, dengan atap yang dikukuhkan dengan premis-premis yang seolah-olah ilmiah. Iman berada dalam kabin transendental, yang menolak semua pertanyaan kritis, atau keluar saja, keluar dari iman atau cari iman yang lain.

Kembali ke soal bangsa besar kepala yang paling disayang Tuhan macam Israel, jika terdapat missing link dari inti kebenarannya, mengapa pemimpin-pemimpin Barat yang rasional seolah tunduk dan rela melepaskan mahkota kemanusiaan mereka?

Atau sebenarnya mereka tak pernah peduli dengan omong kosong itu, lagi pula dibutuhkan tingkat kedunguan tertentu untuk percaya begitu saja. Bisa jadi mereka hanya takut dengan wangsa Rothschild yang konon menguasai puncak piramida kekayaan dunia selama tujuh dekade ini, misalnya. ~MNT

IFRAME SYNC
-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f