Kebijakan Makan Siang Gratis Paslon Prabowo-Gibran Dikritik Ekonom Asing

Ilustrasi makan gratis di sekolah. (f: antara)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Ekonom asing mengkritik program makan siang gratis ala pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, menyebutnya meningkatkan risiko fiskal dan ketidakpastian di Indonesia. Program ini diproyeksikan akan menelan anggaran besar, dengan dampak yang dirasakan pada defisit anggaran dan nilai tukar rupiah.

Menurut laporan Bloomberg, Fitch Ratings memperingatkan bahwa risiko fiskal jangka menengah di Indonesia meningkat akibat program ini. Ekonom Nomura Holdings Inc., Euben Paracuelles, juga menilai kebijakan populis tersebut hanya akan memberikan dampak pertumbuhan sementara, sementara anggaran lebih baik dialokasikan untuk program produktif dan infrastruktur.

Para ekonom asing mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari program ini, terutama terkait ketidakpastian politik dan risiko fiskal yang lebih besar. Mereka memperhatikan bahwa pemimpin di Asia Tenggara cenderung mengadopsi kebijakan pemberian hadiah untuk mendapatkan dukungan politik, terutama dari rumah tangga berpenghasilan rendah dan menengah.

Di sisi lain, sejumlah ekonom lebih mengkhawatirkan rancangan program bantuan tunai di Thailand daripada program makan siang gratis Prabowo. Program tersebut bertujuan untuk merangsang belanja konsumen dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lamban, tetapi dikritik karena bersumber dari utang dan diyakini tidak memberikan manfaat jangka panjang bagi ekonomi.

Kritik terhadap program makan siang gratis Prabowo-Gibran mencerminkan kekhawatiran akan dampak fiskal dan ketidakpastian politik yang bisa muncul dari kebijakan populis semacam itu. Para ekonom menekankan pentingnya alokasi anggaran yang bijaksana untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Sebagai contoh, Euben Paracuelles dari Nomura Holdings Inc. mengatakan, “Pemerintah baru ini akan menemukan tantangan untuk mundur dari tindakan populis yang didorong dalam kampanye yang sengit.”

Liam Spillane, Kepala Utang Pasar Berkembang di Aviva Investors Global Services Ltd., juga menambahkan, “Skema-skema ini tentu menambah risiko fiskal, namun, kekhawatiran yang lebih besar bagi kami adalah ketidakpastian politik terkait.”

Tamara Mast Henderson, seorang Ekonom di Bloomberg Economics, menyoroti dampak program bantuan tunai di Thailand, menyatakan bahwa “Bantuan dompet digital Thailand adalah yang paling mengkhawatirkan, karena pemerintah telah menjelaskan bahwa ini akan sepenuhnya dibiayai oleh utang.”

Melalui kritik mereka, para ekonom asing menekankan pentingnya kebijakan yang tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi ekonomi dan stabilitas fiskal. MK-cnn

Redaktur : Munawir Sani

-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f