Tanjung Senubing, Objek Wisata Estetik di Kabupaten Natuna
NATUNA (marwahkepri.com) – Apabila berpelesir ke Kabupaten Natuna, wisatawan baiknya mengunjungi Tanjung Senubing (Batu Sindu). Percayalah! Anda akan takjub akan pesonanya.
Tanjung Senubing merupakan objek wisata mempesona dengan hamparan bebatuan granit berukuran raksasa bertengger di pinggir tebing. Ditambah dengan kombinasi antara pepohonan hijau, bebatuan, serta lautan, akan memikat siapapun yang berkunjung ke sana.
Tanjung Senubing merupakan salah satu objek wisata yang masuk dalam jajaran geosite Geopark Natuna yang berada di wilayah Kecamatan Bunguran Timur. Ia memiliki magnet pemandangan alam estetis.
Bebatuan yang berada di Tanjung Senubing dikenal berjenis tor granit dan berumur ± 125 – 65 juta tahun lalu. Bebatuan disini memiliki motif bergaris-garis dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Beberapa bentuk unik bebatuan di sini adalah bentuk kepala ikan hiu, buah belimbing, kapal, dan lain-lain. Posisinya menghadap lautan berhadapan dengan destinasi wisata pulau Senua yang juga merupakan salah satu Geopark Natuna.
Selain memberikan panorama yang begitu indah, wisata Tanjung Senubing juga memiliki berbagai keunikan. Keunikan ini mungkin jarang sekali disajikan oleh tempat wisata lainnya, salah satu keunikannya ialah ada bongkahan batu yang menyerupai kapal besar, buah belimbing serta adapula menyerupai kepala ikan hiu dan bentuk lainnya.
Uniknya lagi, batu-batu itu tersusun secara acak-acakan, seolah-olah disusun oleh raksasa. Kenapa tidak, jika kita perhatikan setiap posisi batuan itu seperti diletakkan dengan sengaja dari bukit terus ke bibir pantai sampai dasar laut.
Kisah Dibalik Keindahan Panorama Tanjung Senubing
Konon, katanya di Batu Sindu terselip sebuah kisah yang sangat mengharukan. Dulu diceritakan bahwa asal usul Batu Sindu dan Tanjung Datuk ini adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, tetapi mereka tidak mendapatkan restu dari kedua keluarga mereka.
Batu sindu yang disebut juga Bukit Senubing itu, adalah tempat yang didiami oleh keluarga laki-laki yang bernama Bujang, sedangkan Tanjung Datuk adalah tempat yang didiami oleh keluarga perempuan yang bernama Dara.
Bujang dan Dara saling mencintai dan seiring jalannya waktu, Bujang pun ingin meminang Dara. Dara pun sangat senang saat mendengar bahwa Bujang akan melamarnya.
Setelah ditentukan hari lamaran (meminang) tersebut, keluarga pihak laki-laki melakukan perjalanan yang sangat jauh dari Senubing menuju Tanjung Datuk.
Setibanya di Tanjung Datuk, kelurga pihak laki-laki disambut hangat oleh keluarga perempuan. Tak lama berselang, keluarga perempuan pun menghidangkan makanan untuk dimakan bersama-sama kedua belak pihak keluarga.
Saat sedang makan bersama, pihak keluarga perempuan mendengar perkataan pihak laki-laki bahwa makanan yang dihidangkan kurang sedap (tidak enak).
Mendengar perkataan itu, pecahlah amarah pihak keluarga perempuan yang telah bersusah payah menyiapkan makanan demi menyambut pihak keluarga laki-laki.
Sehingga terjadi sumpah serapah antara dua keluarga itu saat sedang makan bersama, akan tetapi Bujang dan Dara tetap saling mencintai, walaupun keluarga mereka tidak merestui hubungan mereka.
Bujang dan Dara terus berharap bahwa hubungan mereka akan menjadi ikatan yang saah, tetapi hubungan itu tidak terjadi sampai ajal menjemput mereka berdua.
Hingga sekarang kisah tersebut masih berbekas di hati masyarakat Natuna. Tak sedikit masayarakat yang mempercayai sumpah serapah kedua keluarga tersebut.
Konon apabila dua sejoli pergi Tanjung Datuk sangatlah pantang karena akan datang angin kuat, begitupun jika ada sepasang kekasih yang akan menikah datang ke Batu Sindu sangatlah pantang karena ditakutkan pernikahan mereka tidak akan terjadi atau mereka akan putus.
Rute dan Akses Menuju Tanjung Senubing
Apabila anda ingin mengunjungi Tanjung Senubing, aksesnya sangatlah mudah. Selain dengan jalan raya, waktu tempuh dari kota Ranai hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit.
Anda bisa menjangkau wisata Tanjung Senubing menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi jalannya juga sudah beraspal, namun sedikit menanjak.
Saat tiba di area parkir, kita dapat berjalan sedikit ke bawah dimana kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang mengagumkan.
Terlihat bebatuan unik selaras dengan hamparan hijaunya rumput dan pepohonan disertai laut yang membentang luas bergradasi biru dan hijau.
Bagi yang berjiwa petualang bisa berjalan ke bawah. Terdapat jalan setapak yang mengarah ke laut. Namun, jalan ini agak curam sehingga kita harus berhati-hati saat menyusurinya.
Perjalanan ke bawah memang cukup melelahkan, namun hal ini terbayarkan dengan apa yang kita jumpai disana. Saat tiba di bawah, kita dapat melihat betapa jernihnya air laut disana hingga tampak dasarnya. Menggelitik membuat kita ingin segera menceburkan diri ke laut.
Untuk para wisatawan disarankan menggunakan sendal gunung atau sepatu olahraga. Hal ini karena jalan di Tanjung Senubing agak curam. Juga sebaiknya membawa topi dan kacamata guna menghindari panasnya sinar matahari.
Wisatawan juga disarankan membawa makanan dan minuman sendiri, sebab tidak ada fasilitas kantin disana. Tetaplah menjaga kebersihan di sini, seperti membawa kembali sampah dari bekas makanan dan minuman yang dibawa.
Wisatawan dapat menggunakan kantong plastik ataupun tas kecil untuk membawa sampah-sampahnya keluar dari kawasan Tanjung Senubing.
Meski fasilitas di Tanjung Senubing belum cukup memadai, namun semua Geosite Geopark Nasional di Natuna mulai dibenahi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti papan informasi, penunjuk arah atau papan plang, jalan dan jaringan internet, sehingga pengunjung dipastikan dapat mengakses serta mengabadikan momen-momen indah disana.
Sayangnya, di Tanjung Senubing hingga saat ini belum ada fasilitas seperti tempat peristirahatan (gazebo), kantin, air bersih, dan fasilitas lainnya. Kedepan pemerintah perlu memperhatikannya demi kenyamanan para pengunjung. *
You must be logged in to post a comment.