Menteri Keuangan Sri Mulyani Mencerahkan Tentang Panasnya Indonesia: Bukan Karena Politik, Melainkan Perubahan Iklim

Menteri Keuangan Sri Mulyani Mencerahkan Tentang Panasnya Indonesia: Bukan Karena Politik, Melainkan Perubahan Iklim

Menteri Keuangan Sri Mulyani. (F: indopolitika)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyoroti penyebab panas yang melanda Indonesia akhir-akhir ini, dan mengungkapkan bahwa situasi ini bukan berasal dari permasalahan politik. Dalam suasana canda, Sri Mulyani menekankan bahwa pemicu utamanya adalah perubahan iklim yang semakin nyata dan memerlukan antisipasi sejak saat ini.

“Dunia menghadapi tantangan besar, yaitu perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara terpanas kedua dengan suhu tertinggi di dunia mencapai 27,2 derajat Celsius. Ini bukan karena situasi politik, tapi benar-benar panas,” ujarnya dalam acara perayaan HUT PT IIF di Hotel St. Regis Jakarta, Senin (29/1).

Sri Mulyani, yang akrab dipanggil Ani, menjelaskan bahwa rata-rata suhu di dunia telah naik sekitar 0,6 derajat Celsius. Hal ini membuat Indonesia semakin panas dibandingkan dengan periode 1991-2020, bahkan ketika pada 2016 negara ini juga menjadi yang terpanas kedua di dunia.

“Indonesia benar-benar panas saat ini, bahkan lebih panas dari pada tahun 2016 yang hanya mencapai 27 derajat Celsius,” jelasnya.

Menurutnya, berdasarkan laporan World Economic Forum mengenai risiko global di tahun 2024, perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Sri Mulyani menekankan bahwa hal ini juga berlaku untuk Indonesia, dan jika tidak diantisipasi, akan menjadi risiko paling dominan dalam 10 tahun ke depan.

“Jadi perubahan iklim akan tetap ada, dan untuk Indonesia, dengan pertumbuhan berkelanjutan dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi, kita juga menghasilkan lebih banyak emisi CO2, bahkan saat ini mencapai kisaran 3 ton emisi CO2 per kapita,” tambahnya.

Sri Mulyani menyoroti bahwa kondisi ini, meskipun masih berada di bawah beberapa negara lain, harus ditangani secara serius. Indonesia, meskipun berkembang pesat, tetap mengeluarkan emisi tinggi yang dapat merusak lingkungan.

“Dengan realitas bahwa Indonesia akan terus mengalami perkembangan dan ada konsekuensi emisi CO2, tantangan ini perlu terus diperhatikan dalam merancang bagaimana kita ingin melanjutkan pembangunan ke depan,” pungkasnya.