80% Anak Indonesia Alami Masalah Gizi, BPOM Soroti Pentingnya Kolaborasi

80% Anak Indonesia Alami Masalah Gizi, BPOM Soroti Pentingnya Kolaborasi

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar/Dok. BPOM

JAKARTA (marwahkepri.com) – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) mengungkapkan bahwa kondisi kesehatan anak-anak di Indonesia sedang mengkhawatirkan. Berdasarkan data yang dimiliki BPOM, sekitar 80 persen anak-anak mengalami berbagai masalah gizi, mulai dari stunting, kekurangan mikronutrien, hingga obesitas.

Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa dari angka tersebut, 21,6 persen anak mengalami stunting, 40 persen mengalami kekurangan mikronutrien seperti anemia, dan 20 persen mengalami kelebihan nutrisi atau obesitas.

“Dari data yang kami miliki, 100 persen (anak) yang ada, sekitar 80 persen mereka bermasalah (terkait kesehatan),” ujar Taruna dalam pertemuan di Cikarang, Jawa Barat, Rabu (12/2/2025).

Taruna juga menyoroti tingginya angka kelahiran di Indonesia yang mencapai 4,8 juta anak per tahun. Dengan kondisi kesehatan yang mengkhawatirkan, ia menegaskan bahwa masalah ini harus menjadi perhatian utama semua pihak.

Dorongan Kolaborasi dengan Industri Pangan

Untuk mengatasi permasalahan ini, BPOM mengajak industri pangan untuk berkolaborasi dengan pemerintah dalam menyediakan makanan sehat bagi anak-anak. Taruna menekankan bahwa BPOM akan memperketat regulasi dalam produksi, izin edar, dan distribusi produk pangan guna memastikan standar gizi yang lebih baik.

“Kami ingin memastikan agar industri pangan benar-benar menyediakan produk yang sehat dan sesuai dengan standar,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa keterlibatan industri pangan dapat mendukung program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Kalau hanya mengandalkan APBN, tentu sulit. Oleh karena itu, kita perlu melibatkan sektor industri dan masyarakat dalam program makan bergizi gratis melalui konsep gotong royong,” jelasnya.

Menurut Taruna, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sangat penting agar program ini dapat berjalan dalam jangka panjang.

“Jika program ini bisa menjadi bagian dari gerakan masyarakat, bukan tidak mungkin makan bergizi gratis bisa terus berjalan bahkan menjadi program permanen,” tutupnya. Mk-detik

Redaktur: Munawir Sani