Bakti Lubis: Wilayah Laut Kepri Rawan Kejahatan Internasinal, Butuh Sinergitas bersama Stakeholder
BATAM (marwahkepri.com) – Wilayah Kepulauan Riau yang terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar didominasi oleh wilayah laut yang berbatasan langsung dengan dunia internasional, membutuhkan kewaspadaan penuh, karena rawannya tidak kejahatan antar negara.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPRD Kepri, Bakti Lubis, SH, MH, untuk menjaga agar wilayah Kepri yang berada di front terdepan perairan Indonesia yang langsung berbatasan dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam dan Laut Cina Selatan dibutuhkan sinergi antar stakeholder terutama aparat keamanan dan pemerintah daerah.
“Kita mengenal Kepri sebagai daerah yang sangat rawan terhadap kejahatan internasional seperti human trafficking, penyelundupan, illegal fishing, illegal minning, dan lalu lintas perdagangan narkoba, ini menjadi persoalan yang membutuhkan kewaspadaan penuh setiap waktu,” sebutnya di Batam, Kamis (27/07/2023).
Diterangkan Bakti, DPRD Kepri dalam hal ini Komisi I yang membidangi Pemerintahan dan Hukum, akan menyiapkan dan menggagas regulasi jika memang dibutuhkan karena wilayah Kepri memang sangat spesifik sehingga dibutuhkan peraturan yang juga bersifat khusus.
Dia mencontohkan, misalnya soal penyelundupan, harus dibuat aturan khusus bagi masyarakat, karena perdagangan lintas batas telah terjadi selama ratusan tahun antara penduduk Kepri dengan wilayah negara tetangga.
“Jadi mestinya tidak semua perdagangan lintas batas yang tidak melewati prosedur dikategorikan sebagai penyelundupan. Kita juga perlu melihat dan memahami kearifan lokal masyarakat Melayu serumpun di Kepri ini. Jika terjadi jual beli dalam skala kecil oleh warga pulau untuk sekadar memenuhi kebutuhan keluarga, sebaiknya tidak digolongkan sebagai penyelundupan,” sebutnya.
Kembali ke soal kejahatan lintas negara, Bakti berharap segenap aparat yang berjaga di wilayah perbatasan, dapat meningkatkan profesionalitas dan alutsista yang terus dimodernisasi, karena bentuk dan dinamika kejahatan terus berkembang, sehingga perlu diimbangi. MK/r/ Advetorial
Redaktur: Munawir Sani