Desa Tres Bocas Jadi Kota Hantu Setelah Konflik Mematikan di Kolombia-Venezuela

Desa Tres Bocas Jadi Kota Hantu Setelah Konflik Mematikan di Kolombia-Venezuela

Kolombia-Venezuela. (F: Ist)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Desa Tres Bocas, yang terletak di perbatasan Kolombia dan Venezuela, kini berubah menjadi kota hantu setelah sebagian besar penghuninya mengungsi akibat kekerasan yang semakin meningkat. Konflik bersenjata di wilayah Catatumbo, yang melibatkan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan kelompok separatis FARC-EMC, telah menewaskan sedikitnya 100 orang. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 20.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pertempuran.

Jaime Botero, presiden asosiasi masyarakat kota Tibu, yang terletak sekitar 10 km dari Desa Tres Bocas, menyebutkan bahwa warga sangat ketakutan akan baku tembak yang terjadi terutama di daerah pedesaan. Kekerasan ini sebagian besar terkait dengan perebutan wilayah produksi koka, di mana Catatumbo, yang dihuni sekitar 300.000 orang, menghasilkan 15% dari panen koka Kolombia.

Perebutan wilayah antara FARC-EMC dan ELN semakin intensif, meskipun keduanya sebelumnya sempat menyepakati gencatan senjata. Namun, kekerasan kembali meningkat minggu lalu setelah ELN menuduh warga sipil bekerja sama dengan FARC-EMC dan menyerang mereka secara brutal, bahkan menyeret mereka keluar rumah dan menembak mereka dari jarak dekat.

Sebagai respons, Presiden Kolombia, Gustavo Petro, pada Jumat (17/1) menangguhkan pembicaraan damai dengan ELN, menuduh kelompok tersebut melakukan kejahatan perang. Pada Senin (20/1), Petro mengumumkan akan mengeluarkan dekrit darurat untuk menanggulangi konflik ini tanpa menunggu persetujuan kongres.

Pasukan elit militer Kolombia mulai bergerak pada Selasa (22/1) untuk masuk ke wilayah yang dikuasai kelompok gerilyawan di dekat perbatasan dengan Venezuela. Langkah ini diambil untuk menstabilkan situasi dan menegakkan ketertiban di wilayah pegunungan Catatumbo yang telah menjadi episentrum kekerasan bersenjata antara kelompok-kelompok separatis.

Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mendesak agar ELN dan kelompok bersenjata lainnya menghormati hak asasi manusia warga sipil di wilayah tersebut. PBB melaporkan bahwa dua pegiat hak asasi manusia tewas dalam kekerasan yang terjadi pekan lalu. Hingga saat ini, situasi masih mendorong pemerintah Kolombia untuk memperkenalkan keadaan darurat dan mengerahkan sekitar 5.000 tentara ke daerah rawan kekerasan. Mk-detik

Redaktur: Munawir Sani