Jantung dan Emosi: Kajian Sindrom Takotsubo, Kondisi Misterius di Balik Patah Hati

IIustrasi Sindrom Takotsubo, Kondisi Misterius di Balik Patah Hati. (f: net)

JAKARTA (marwahkerpi.com) – Patah hati bukan hanya sekadar momen tidak menyenangkan, tetapi juga dapat menjadi penyebab kematian melalui suatu kondisi yang dikenal sebagai takotsubo cardiomyopathy atau ‘sindrom patah hati’. Di Inggris, sekitar 2.500 warga mengalami kondisi ini setiap tahunnya, dengan tingkat kematian mencapai satu dari 20 orang yang terkena, terutama pada wanita berusia 50 tahun ke atas.

Takotsubo cardiomyopathy menyebabkan gejala mirip serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas. Meskipun mirip, kondisi ini tidak disebabkan oleh penyumbatan arteri seperti pada serangan jantung biasa. Sebanyak 70 persen kasus dikaitkan dengan peristiwa stres, baik itu emosional seperti kehilangan orang yang dicintai atau berakhirnya hubungan, maupun stres fisik.

Menariknya, tidak hanya stres negatif yang memicu kondisi ini, tetapi juga stres positif. Sebuah studi menunjukkan bahwa 4 persen dari 485 pasien takotsubo mengalami peristiwa menyenangkan yang memicu kondisi tersebut. Lonjakan adrenalin, hormon yang dilepaskan sebagai respons terhadap emosi, berperan dalam takotsubo cardiomyopathy dengan menutup bagian bawah ventrikel kiri, ruang pemompaan utama darah, yang mengakibatkan pembengkakan.

Dr. David Gamble dari Universitas Aberdeen mencatat bahwa depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lebih sering terjadi pada penderita takotsubo. Meskipun pemulihan biasanya terjadi dalam tiga bulan, kondisi ini dapat meninggalkan dampak jangka panjang seperti nyeri dada, jantung berdebar, dan sesak napas. Penelitian juga sedang dilakukan untuk mengetahui apakah terapi perilaku kognitif dapat membantu dalam pemulihan.

Sindrom takotsubo menjadi misteri bagi dokter, terutama karena pengaruh adrenalin yang memicu kondisi ini belum sepenuhnya dipahami. Fokus khusus pada wanita, yang lebih sering mengalami takotsubo, menunjukkan bahwa aspek psikologis juga dapat menjadi faktor risiko. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani

-
mgid.com, 846953, DIRECT, d4c29acad76ce94f