Ular Purba Langka Terekam di Dasar Laut Pulau Komodo

ular-purba-di-pulau-komodo-1761876006947_169

Penampakan ular file laut (Acrochordus granulatus) di perairan Pulau Komodo dengan tubuh tertutup alga, terekam oleh penyelam malam. (f: John Roney)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Fenomena langka berhasil direkam oleh penyelam malam di perairan Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Dalam video yang diunggah ke Instagram, tampak seekor ular laut berwarna hijau kusam bergerak perlahan di dasar laut, menyerupai potongan alga hidup. Hewan tersebut diketahui merupakan ular file laut (marine file snake), spesies purba yang dikenal karena kemampuan kamuflasenya yang luar biasa.

Rekaman tersebut diabadikan oleh videografer bawah air John Roney, yang memberi caption “An algae-covered ambush predator”. Ia menjelaskan bahwa kulit kasar ular ini memungkinkan alga menempel di tubuhnya, menciptakan kamuflase alami yang menyatu dengan lingkungan mangrove dan padang lamun.

“Kulitnya menjebak alga, memberikan tampilan hijau berbintik-bintik yang berpadu sempurna dengan habitatnya. Lapisan ini terbentuk karena ular menghabiskan waktu lama diam menunggu mangsa lewat untuk disergap,” tulis Roney.

Penampakan itu memperlihatkan betapa efektifnya strategi penyamaran alami ular ini. Dengan gerakan lamban, tubuhnya menjadi bagian dari lanskap laut, menjadikannya pemangsa penyergap (ambush predator) yang efisien di antara karang dan lamun tropis.

Meski sering disebut ular laut, marine file snake bukan bagian dari keluarga Hydrophiinae—kelompok ular laut sejati. Spesies ini memiliki nama ilmiah Acrochordus granulatus, termasuk hewan purba yang sepenuhnya akuatik, namun tetap bernapas menggunakan paru-paru.

Tidak seperti ular lain yang licin, kulitnya justru terasa kasar seperti amplas, memungkinkan cengkeraman kuat saat membelit mangsa di bawah air.

Penemuan ini terjadi di kawasan Taman Nasional Komodo, situs warisan dunia UNESCO yang kaya keanekaragaman hayati. Laut di wilayah ini menjadi habitat bagi ratusan spesies endemik seperti pari manta, penyu hijau, dan karang keras tropis.

Kemunculan ular file laut tersebut menegaskan bahwa ekosistem pesisir Nusa Tenggara Timur masih mendukung kehidupan spesies langka, meskipun menghadapi ancaman seperti penangkapan ikan berlebih dan pencemaran laut.

Menurut data IUCN Red List, Acrochordus granulatus dikategorikan Least Concern atau risiko rendah. Meski demikian, keberlangsungan hidupnya tetap bergantung pada kelestarian padang lamun dan hutan mangrove.

Ular ini tidak berbisa dan cenderung menghindari kontak manusia. Gerakannya yang lembut serta sifat jinaknya membuatnya menjadi bagian penting dari rantai makanan di ekosistem laut dangkal. MK-dtc

Redaktur: Munawir Sani