84 WNI Korban Sindikat Penipuan di Myanmar Berhasil Dipulangkan

WNI korban kasus 'online scam' di Myanmar timur dikawal tentara Thailand setibanya di Mae Sot, Kamis, 27 Februari 2025. Mereka akan dipulangkan ke Indonesia. (F: Sakchai Lalit/AP)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Sebanyak 84 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban jaringan penipuan di Myanmar akhirnya dibebaskan dan dijadwalkan pulang ke Indonesia pada Jumat (28/02). Mereka merupakan bagian dari lebih dari 7.000 orang yang ditahan di Myawaddy, kota perbatasan Myanmar, setelah operasi gabungan antara Thailand, Myanmar, dan Cina membongkar sindikat penipuan tersebut.
Ratusan ribu orang diperkirakan telah tertipu dengan iming-iming pekerjaan menarik di Myanmar, Kamboja, dan Laos. Namun, mereka justru dipaksa menjalankan berbagai modus kejahatan, seperti penipuan asmara, investasi bodong, dan perjudian ilegal, dalam kondisi kerja yang tidak manusiawi.
Proses Pemulangan WNI
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengonfirmasi bahwa 84 WNI yang terdiri dari 69 pria dan 15 perempuan dalam kondisi sehat. Mereka diterbangkan ke Jakarta menggunakan tiga penerbangan komersial pada Jumat (28/02). Sebelumnya, Kemlu RI mencatat sekitar 270 WNI terjebak di Myanmar, namun belum jelas mengapa hanya 84 orang yang bisa dipulangkan dalam gelombang pertama ini.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 6.800 warga Indonesia telah menjadi korban penipuan kerja ilegal. Mereka dipaksa bekerja dalam operasi perjudian online dan skema investasi bodong di Myanmar dan negara lain.
Upaya Pemberantasan Sindikat Penipuan
Upaya pemberantasan pusat-pusat penipuan di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar masih terbatas. Seorang anggota parlemen oposisi Thailand menyerukan tindakan lebih komprehensif untuk menghentikan industri ilegal ini yang terus berkembang pesat.
Thailand, dengan dukungan Cina, telah memutus pasokan listrik, internet, dan gas ke beberapa wilayah di Myanmar yang diketahui menjadi pusat aktivitas penipuan. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Thailand dalam menindak jaringan penipuan internasional, sebagaimana dibahas dalam pertemuan Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra dengan Presiden Cina Xi Jinping di Beijing awal Februari lalu.
Rangsiman Rome, ketua komite parlemen Thailand untuk keamanan nasional dan urusan perbatasan, mengungkapkan bahwa sekitar 300.000 orang bekerja di pusat-pusat penipuan di Myawaddy. Namun, hingga kini kurang dari 10.000 orang telah berhasil diselamatkan.
Dugaan Keterlibatan Oknum Militer Myanmar
Militer Myanmar diduga terlibat dalam jaringan penipuan yang beroperasi di perbatasan, terutama di Myawaddy. Wilayah ini menjadi pusat aktivitas sindikat yang memperdagangkan ribuan orang untuk bekerja dalam skema penipuan digital, termasuk investasi palsu dan perjudian ilegal.
Salah satu tokoh yang disebut berperan besar dalam perlindungan sindikat ini adalah Kolonel Saw Chit Thu, pemimpin Pasukan Penjaga Perbatasan (Border Guard Force/BGF) Myanmar, sebuah milisi pro-junta. “Kami tahu dia memiliki hubungan kuat dengan pihak Thailand,” ujar Rangsiman Rome.
Sementara itu, Perdana Menteri Thailand menegaskan bahwa pemberantasan pusat penipuan ini adalah prioritas pemerintah. Perhatian terhadap masalah ini meningkat setelah penculikan aktor Cina Wang Xing di Thailand bulan lalu. Wang ditemukan di Myawaddy, diselamatkan, dan dipulangkan ke negaranya setelah insiden tersebut memicu kemarahan besar di media sosial Cina.
Saat ini, lebih dari 7.000 warga asing, sebagian besar dari Cina, masih menunggu untuk dipulangkan dari Myanmar. Thailand masih menghadapi tantangan besar dalam memberantas jaringan penipuan ini, terutama karena adanya dugaan keterlibatan pejabat setempat. “Sudah saatnya menghentikan korupsi di Thailand,” tegas Rangsiman, menyerukan tindakan lebih tegas terhadap pihak-pihak yang melindungi operasi ilegal tersebut. Mk-detik
Redaktur: Munawir Sani