Bos BCA Ungkap Penyebab Menurunnya Daya Beli Masyarakat Indonesia

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja. (F: Ist)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengungkapkan tiga faktor utama yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Dalam acara BCA UKM Fest di Mal Kota Kasablanka pada Rabu (7/8), Jahja menyebutkan bahwa masalah ini terkait dengan maraknya judi online, berkurangnya diskon belanja online, dan penurunan pinjaman online ilegal.
Pertama, Jahja menyoroti dampak negatif dari judi online (judol), yang membuat masyarakat kehilangan banyak uang. “Orang sudah hopeless, judol. Bahkan bank dibawa-bawa. Cara judol ada e-wallet, ada tunai banyak sekali tidak terdetect. Ini menggerogoti daya beli masyarakat,” ujar Jahja.
Kedua, berkurangnya diskon yang ditawarkan oleh platform belanja online juga berkontribusi pada penurunan daya beli. Jahja menjelaskan bahwa diskon besar-besaran yang diberikan beberapa tahun lalu merangsang gairah belanja masyarakat. Namun, dengan berkurangnya diskon, biaya belanja online menjadi lebih tinggi, yang berdampak pada penurunan daya beli.
Ketiga, berkurangnya jumlah pinjaman online (pinjol) ilegal juga mempengaruhi daya beli. Selama pandemi COVID-19, pinjol ilegal marak dan banyak masyarakat yang terjebak dalam utang. Jahja mencontohkan seseorang yang dapat meminjam dari 20 pinjol sekaligus, menggunakan utang baru untuk membayar utang lama. Dengan pengetatan terhadap pinjol ilegal oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), daya beli masyarakat juga tertekan.
Jahja mengaitkan penurunan daya beli ini dengan deflasi yang tercatat selama tiga bulan berturut-turut, penurunan kinerja industri manufaktur, serta banyaknya PHK akibat melemahnya permintaan. Data Mandiri Spending Index menunjukkan penurunan tabungan konsumen menengah dan daya beli kelas menengah dari Januari 2023 hingga Mei 2024. Mk-cnn
Redaktur: Munawir Sani