Kapan Indonesia Dapat Menjadi Swasembada Gula? PTPN III Berikan Jawaban

antarafoto-target-giling-tebu-ptpn-x-210622-pf-3

Ilustrasi. (f: bisnis.com)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Pemerintah telah memutuskan untuk kembali melakukan impor Gula Kristal Mentah (GKM), dengan jumlah sebanyak 708 ribu ton. Angka ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 900 ribu ton. Pertanyaan pun muncul, kapan Indonesia akan bisa mencapai swasembada gula lagi?

Vice President Corporate Communication PTPN III (Persero), Dahlia Mutiara Chairuman, mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut telah menetapkan sebuah roadmap untuk mendukung sasaran swasembada gula konsumsi sebesar 3 juta ton pada tahun 2028.

“Dalam mendukung sasaran swasembada gula konsumsi sebesar 3 juta ton pada tahun 2028, PTPN telah menetapkan sebuah roadmap,” ujar Dahlia pada Kamis (29/2/2023).

Dahlia menjelaskan bahwa setiap tahunnya, kebutuhan gula nasional untuk konsumsi dan industri mencapai 7 juta ton, sedangkan produksi gula nasional hanya mencapai 2,2 juta ton per tahun. Oleh karena itu, impor masih diperlukan. Namun, untuk mencapai target swasembada, PTPN akan menggenjot pengembangan lahan tebu dan melakukan revitalisasi pabrik gula.

“Roadmap untuk mencapai swasembada gula pada 2028 melibatkan pengembangan lahan dan revitalisasi pabrik gula untuk mendukung pencapaian sasaran produksi gula,” tambahnya.

Saat ini, Holding Perkebunan PTPN III menargetkan produksi gula sebesar 978 ribu ton pada tahun 2024.

“Target produksi gula pada tahun 2024 adalah sebesar 978 ribu ton,” kata Dahlia.

Selain upaya tersebut, PTPN III juga berkolaborasi dengan PT LPP Agro Nusantara untuk meningkatkan kompetensi para petani tebu mitra binaan. Salah satu upayanya adalah dengan menyelenggarakan Pelatihan Peningkatan Kompetensi bagi Petani Tebu Mitra Binaan PT Sinergi Gula Nusantara.

Program ini merupakan bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PTPN III, dengan tujuan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 17, yaitu “Kemitraan untuk Mencapai Tujuan”. Diharapkan bahwa program ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek bagi petani tebu, tetapi juga mendukung visi keberlanjutan jangka panjang dengan merangkul prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

“Kegiatan ini merupakan salah satu program pembinaan dan pengembangan yang penting bagi petani tebu rakyat,” ujar Dahlia.

Melalui pelatihan ini, diharapkan para petani dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam berbudidaya tebu, serta memperkuat kemitraan antara perusahaan dan petani tebu rakyat untuk mendukung keberlanjutan industri tebu nasional. MK-mun

Redaktur : Munawir Sani