Curhat Tentara Israel: Ingin Palestina Merdeka, Tapi Terjebak Perang di Gaza

ISRAEL (marwahkepri.com) – Sejumlah tentara Israel menyatakan ketidaksetujuan terhadap kebijakan Kabinet Perang Benjamin Netanyahu yang memaksa mereka berperang di Jalur Gaza. Salah satu tentara, Amos Shani Atzmon, bahkan secara terbuka menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat.

Atzmon, yang terdaftar sebagai tentara cadangan Israel, menyampaikan keluh kesahnya kepada CNN dan menunjukkan pemahamannya terhadap kebencian yang dirasakan oleh orang-orang Palestina di Gaza. “Mereka punya alasan yang sangat bagus. Ketika Anda menyaksikan kota-kota sendiri meledak dan dibombardir… Saya memikirkan tentang orang-orang yang seluruh anggota keluarganya meninggal dunia karena dibom,” ujar Atzmon.

Dia diterjunkan ke medan perang hanya beberapa jam setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, yang memicu serangan besar-besaran Israel. Meski Atzmon merasa terpaksa untuk melibatkan diri dalam konflik tersebut, dia secara pribadi mendukung solusi dua negara untuk kemerdekaan Palestina.

“Atzmon yang mengaku sebagai ‘sayap kiri’ di unitnya, secara pribadi menginginkan Palestina merdeka sebagai negara berdaulat sesuai solusi dua negara (two states solution). Ia amat berharap pemerintah Israel mau berkompromi mewujudkan solusi dua negara untuk kemerdekaan Palestina seperti yang digaungkan sekutu mereka yaitu Amerika Serikat dan Inggris.”

Meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda dengan pemerintahannya, Atzmon merasa terikat oleh undang-undang wajib militer Israel yang mengharuskan warganya berperang dalam situasi darurat militer.

“Saya sangat sedih atas kematian orang-orang di Gaza, anak-anak hingga orang tua. Sebagai orang normal (berumur) 26 seperti saya, kami tidak mau mati. Tapi saya berhak membela diri dan keluarga, teman-teman, dan orang yang saya cintai,” ungkap Atzmon.

Dalam konteks krisis ekonomi yang melanda Mesir, kabar tentang kemungkinan melepas kota pesisir mereka, Ras El Hikma, ke Uni Emirat Arab senilai US$22 miliar juga menjadi sorotan. Isu tersebut mencuat dalam upaya Mesir untuk mendapatkan kucuran dana segar dan menanggulangi krisis ekonomi yang semakin parah. MK-cnn

Redaktur : Munawir Sani