Duka di Kerajaan Luksemburg, Pangeran Frederik Meninggal Dunia di Usia 22 Tahun

Pangeran Frederik, putra bungsu Pangeran Robert dan Putri Julie, meninggal dunia pada 1 Maret 2025 di usia 22 tahun akibat penyakit genetik langka, POLG mitochondrial. (f: net)
LUKSEMBURG (marwahkepri.com) – Kabar duka datang dari keluarga Kerajaan Luksemburg. Pangeran Frederik, putra bungsu Pangeran Robert dan Putri Julie, meninggal dunia pada 1 Maret 2025 di usia 22 tahun akibat penyakit genetik langka, POLG mitochondrial.
Kabar kepergian Frederik diumumkan secara resmi oleh sang ayah melalui situs POLG Foundation, organisasi yang didirikan Frederik untuk meningkatkan kesadaran serta pencarian pengobatan bagi penderita penyakit tersebut.
“Dengan sangat berat hati, saya dan istri saya ingin menyampaikan berita meninggalnya putra kami,” tulis Pangeran Robert dalam pernyataannya.
Perpisahan yang Mengharukan
Dalam pernyataan tersebut, Robert mengenang momen-momen terakhir bersama putranya. Pada 28 Februari, Frederik memanggil seluruh anggota keluarganya untuk berbicara dan mengucapkan perpisahan.
“Dia menemukan kekuatan dan keberanian untuk mengucapkan selamat tinggal kepada setiap anggota keluarga secara bergantian,” ungkap Robert.
Frederik berpamitan kepada orang tuanya, kakak laki-lakinya Alexander, kakak perempuannya Charlotte, serta anggota keluarga lainnya, termasuk sepupu-sepupunya, Charly, Louis, dan Donall. Bahkan dalam momen terakhirnya, Frederik tetap mempertahankan selera humor khasnya.
“Bahkan di saat-saat terakhirnya, ia masih menyelipkan lelucon keluarga, membuat kami tersenyum meskipun sedang berduka,” kata Robert.
Pertanyaan Terakhir Seorang Putra kepada Ayahnya
Di saat-saat terakhirnya, Pangeran Frederik sempat mengajukan pertanyaan mendalam kepada sang ayah: “Papa, apakah kamu bangga padaku?”
Menurut Robert, pertanyaan tersebut begitu jelas terdengar meskipun Frederik hampir tidak bisa berbicara dalam beberapa hari terakhirnya.
“Jawabannya sangat mudah. Dia sudah mendengarnya berkali-kali sebelumnya. Tetapi saat itu, ia membutuhkan kepastian bahwa ia telah memberikan semua yang bisa ia berikan dalam hidupnya yang singkat namun luar biasa ini,” ujar Robert.
Pangeran Robert pun menegaskan bahwa Frederik adalah seorang pahlawan bagi dirinya dan seluruh keluarganya.
Sosok Frederik di Mata Keluarga
Bagi Robert, Frederik adalah anak yang spesial, penuh semangat hidup, disiplin, serta memiliki keterampilan sosial yang luar biasa.
“Ketika dia kecil, saya selalu merasa bahwa jika ada satu anak saya yang tidak perlu saya khawatirkan, itu adalah Frederik. Dia memiliki kecerdasan emosional, kasih sayang, rasa keadilan, dan kejujuran yang luar biasa,” kenang Robert.
Meski dikenal keras kepala, sifat tersebut justru menjadi kekuatan bagi Frederik untuk bertahan menghadapi penyakitnya.
“Seperti yang dikatakan saudara-saudaranya dan banyak orang yang mengenalnya, ‘Frederik adalah orang terkuat yang kami kenal!'” tambahnya.
Dedikasi untuk POLG Foundation
Sejak didiagnosis menderita POLG mitochondrial pada usia 14 tahun, Frederik mendedikasikan dirinya untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit langka tersebut melalui POLG Foundation.
POLG mitochondrial merupakan kelainan genetik yang menyebabkan sel-sel tubuh kehilangan energi, sehingga mengakibatkan kegagalan fungsi organ seperti otak, saraf, hati, dan otot secara progresif.
Meskipun hidup dengan keterbatasan fisik, Frederik tetap aktif dalam memperjuangkan penelitian dan perawatan bagi para penderita penyakit ini.
“Saya sangat bangga dengan pekerjaan yang telah dilakukan Frederik untuk yayasannya. Dia telah memberikan dampak besar bagi banyak orang,” ujar Pangeran Robert.
Duka dan Warisan yang Ditinggalkan
Kepergian Frederik meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Kerajaan Luksemburg dan semua pihak yang mengenalnya. Namun, semangat dan dedikasi yang ia tunjukkan dalam hidupnya yang singkat akan terus dikenang.
Dengan kepergiannya, Frederik tidak hanya meninggalkan kenangan bagi keluarganya, tetapi juga sebuah warisan dalam upaya memperjuangkan kesadaran akan penyakit langka yang ia derita.
“Frederik telah memberikan semua yang ia bisa dalam hidupnya. Kini, ia akhirnya dapat beristirahat dengan damai,” tutup Robert dalam pernyataan penuh haru. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani