Iran-Lebanon Saling Larang Penerbangan, Puluhan Warga Terjebak di Teheran

Iran-Lebanon Saling Larang Penerbangan, Puluhan Warga Terjebak di Teheran

Ilustrasi Foto. (Ist)

TEHERAN – Iran mengambil langkah balasan setelah pemerintah Lebanon melarang penerbangan sipil dari Teheran mendarat di wilayahnya. Sebagai respons, Iran juga melarang maskapai Lebanon menerbangkan puluhan warganya yang ingin pulang ke Beirut.

Keputusan Lebanon, seperti dilaporkan Reuters dan Al Arabiya pada Sabtu (15/2/2025), diambil setelah militer Israel menuduh Teheran menggunakan penerbangan sipil untuk menyelundupkan dana ke Beirut guna memperkuat kelompok Hizbullah.

Langkah tersebut memicu protes dari para pendukung Hizbullah, yang melakukan pemblokiran jalan utama menuju Bandara Beirut sejak Kamis (13/2) malam.

Sebagai tanggapan, Iran menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengizinkan penerbangan dari Lebanon mendarat di wilayahnya sampai larangan terhadap penerbangan Iran dicabut.

Situasi ini menyebabkan puluhan warga Lebanon tertahan di Iran selama tiga hari terakhir setelah melakukan ziarah keagamaan. Mereka seharusnya terbang kembali ke Beirut menggunakan maskapai Iran, Mahan Air, sebelum larangan diberlakukan.

Untuk mengatasi masalah ini, otoritas Lebanon sempat mengirimkan dua pesawat Middle East Airlines pada Jumat (14/2) untuk mengevakuasi warga yang terjebak di Teheran. Namun, Iran menolak izin pendaratan pesawat tersebut.

Duta Besar Iran di Beirut, Motjaba Amani, menegaskan bahwa Teheran baru akan mengizinkan pesawat Lebanon mendarat jika pemerintah Lebanon mencabut larangan terhadap penerbangan Iran.

“Permintaan Lebanon bisa diterima, tapi dengan syarat mereka juga mengizinkan penerbangan Iran,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Lebanon, Joe Raggi, menyatakan bahwa pihaknya tengah bernegosiasi dengan Iran untuk menyelesaikan ketegangan ini.

Di sisi lain, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, mengklaim bahwa Israel mengancam sebuah pesawat penumpang yang membawa warga Lebanon dari Teheran.

“Ancaman ini mengganggu penerbangan normal ke Bandara Beirut,” tegasnya, sembari mengecam tindakan Tel Aviv sebagai pelanggaran hukum internasional.

Militer Israel sendiri, melalui juru bicaranya, Avichay Adraee, menuduh pasukan elit Iran, Quds Force, serta Hizbullah, telah menyalahgunakan penerbangan sipil untuk menyelundupkan dana ke Beirut.

“Israel tidak akan membiarkan Hizbullah mempersenjatai diri dan akan menggunakan segala cara yang kami miliki untuk menegakkan gencatan senjata,” tegasnya dalam pernyataan via media sosial X. Mk-detik

Redaktur: Munawir Sani