Diskan Natuna Lirik Potensi Budidaya Udang Vaname sebagai Program Unggulan

Sekretaris Diskan Natuna, Dedy Damhudy ditemui di kantornya, Rabu, 5 Februari 2025. (Foto: nang)
NATUNA (marwahkepri.com) – Sebagai daerah kepulauan dengan luas wilayah mencapai 141.901,20 Km2, dengan rincian 139.892,16 Km2 perairan (lautan) dan 2.009,04 Km2 daratan, Kabupaten Natuna memiliki potensi sangat menjanjikan di bidang perikanan.
Perairan Natuna berbatasan langsung dengan semenanjung Malaysia di sebelah barat dan Kalimantan di sebelah timur, serta berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Keunggulan geografis ini menjadikan Natuna sebagai wilayah yang sangat strategis untuk pengembangan sektor perikanan.
Potensi ini dilirik oleh Dinas Perikanan (Diskan) Natuna. Terdapat peluang besar dalam pengembangan budidaya udang Vaname sebagai salah satu program unggulan.
Udang Vaname dikenal memiliki daya tahan tinggi, tingkat pertumbuhan cepat, serta permintaan pasar internasional, yang membuatnya menjadi salah satu komoditas perikanan budidaya bernilai ekonomis tinggi.
Selama ini, potensi budidaya udang vaname di Indonesia dapat dikatakan menjanjikan. Dilihat dari sisi ekspor, komoditas satu ini berkontribusi sebesar 40 persen untuk sektor perikanan Indonesia dan berhasil meningkatkan nilai ekspornya hingga USD 3,28 miliar.
Adapun beberapa faktor yang mendukung potensi ekspor udang vaname di Indonesia, diantaranya, permintaan pasar luar negeri sangat tinggi, produktivitas tambak udang yang terus meningkat dan udang vaname merupakan sumber protein yang kaya.
Namun, wacana ini memiliki tantangan besar mengingat kondisi keuangan daerah saat ini tidak stabil. Butuh keseriusan dukungan pemerintah daerah dan pemanfaatan teknologi modern dalam budidaya.
Dalam pengembangan budidaya udang vaname, Diskan Natuna telah melakukan pengkajian secara mendalam dan direncanakan untuk dilaksanakan secara bertahap. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan produksi perikanan dan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Dalam dunia usaha perikanan, investasi di sektor budidaya membutuhkan perhitungan cermat. Risiko finansial yang besar dapat muncul jika pengelolaan keuangan tidak dilakukan dengan hati-hati.
Oleh karena itu, strategi implementasi bertahap dipilih sebagai solusi untuk mengurangi potensi kerugian dan memastikan keberlanjutan usaha dalam jangka panjang.
Beberapa langkah yang akan dilakukan dalam pengembangan ini meliputi analisis pasar, perhitungan modal awal, serta penerapan teknologi yang sesuai untuk meningkatkan efisiensi produksi.
Selain itu, kolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha lainnya juga menjadi faktor penting dalam mendukung keberhasilan program ini.
“Pengembangan udang vaname sudah dikaji dan akan dilaksanakan secara bertahap. Namun, mengingat kondisi keuangan belum stabil, kami harus berhati-hati agar tidak menimbulkan risiko finansial yang besar,” ucap Sekretaris Diskan Natuna, Dedy Damhudy di kantornya, Rabu, 5 Februari 2025.
Dengan pengembangan sektor budidaya udang vaname, diharapkan kedepannya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Natuna yang berada di ujung utara Indonesia.
Selain potensi budidaya udang vaname, sudah sejak lama kepulauan Natuna memiliki sumber perikanan tangkap dan budidaya yang besar. Potensi ini dapat menjadi basis untuk pengembangan perikanan seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Potensi perikanan tangkap di Natuna berada di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 711, yaitu Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Natuna Utara. Memiliki potensi ikan lestari sekitar 1.306.379 ton per tahun.
Beberapa jenis ikan yang dominan ditangkap nelayan adalah ikan tongkol, manyung, cucut, selar, tembang, dan kembung. Sedangkan alat tangkap digunakan nelayan antara lain pancing ulur, pancing tonda, bagan, jaring pantai, sero, rawai, bubu, kelong, dan tangkul.
Potensi budidaya ikan di Natuna cukup besar, seperti ikan kerapu dan ikan napoleon. Kedua jenis ikan tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi dengan tujuan ekspor antara lain ke Hongkong, Malaysia, Jepang, dan Singapura.
Dengan segala potensi dimiliki, Pemda Natuna menunjukkan komitmennya dalam mendorong kesejahteraan nelayan. Berbagai program telah digulirkan untuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat ketahanan ekonomi sektor perikanan.
Dalam pemberdayaan nelayan, Diskan Natuna memprioritaskan bantuan berupa alat tangkap ikan, bibit perikanan budidaya, serta dukungan terhadap unit pengolahan ikan (UPI) tetap menjadi prioritas.
Selain itu, dari sektor sosial, nelayan juga mendapat manfaat dari program BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh pemerintah provinsi.
“Kami tetap berkomitmen dalam pemberian bantuan alat tangkap ikan. Untuk sektor budidaya, pengadaan bibit juga didukung dengan penyediaan pakan ikan seperti lele. Selain itu, kami terus mendorong pengembangan unit pengolahan ikan agar lebih maju dan memberikan nilai tambah bagi hasil tangkapan,” sebut Dedy Dahmudi.
Pemda Natuna terus berupaya meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya dengan menerapkan skema bantuan berbasis kelompok. Program ini menyasar pelaku usaha perikanan, baik di sektor perikanan tangkap maupun budidaya, guna memperkuat produktivitas mereka.
Menurut data KUSUKA (Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan), terdapat lebih dari 10.000 pelaku usaha perikanan di Natuna. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 orang aktif dalam kegiatan perikanan tangkap dan budidaya.
“Pemberian bantuan dilakukan sesuai aturan, hanya kepada kelompok nelayan dan pembudidaya yang telah memenuhi kriteria. Kelompok pemula belum bisa mendapatkan bantuan secara langsung,” jelasnya.
Program bantuan ini dilakukan secara bergilir setiap tahun di masing-masing kecamatan. Hingga saat ini, realisasi bantuan telah mencapai sekitar 60-70 persen dari total kelompok yang telah terbentuk.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk mendorong kemandirian nelayan dan pembudidaya dalam mengembangkan usaha mereka. Bantuan yang diberikan berupa peralatan dan dukungan produksi, yang diharapkan dapat menjadi modal awal untuk meningkatkan produktivitas mereka.
Diskan menginginkan bantuan ini menjadi stimulan, agar produksi perikanan meningkat. Harapannya, kelompok yang sudah berkembang dapat menginspirasi nelayan lainnya.
Namun, dalam pelaksanaannya masih ditemukan berbagai kendala, terutama terkait sumber daya manusia (SDM) dan teknis operasional. Untuk mengatasi tantangan tersebut, Dinas Perikanan terus berupaya berkolaborasi dengan penyuluh perikanan, pemerintah pusat, serta berbagai pemangku kepentingan lainnya guna memberikan pelatihan dan pendampingan yang lebih intensif bagi nelayan dan pembudidaya.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan sektor perikanan di Natuna, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat pesisir. MK-nang
Redaktur: Munawir Sani