Ekonom: Indonesia Berpeluang Jadi Pemain Utama Global dalam Hilirisasi Tembaga

Ekonom: Indonesia Berpeluang Jadi Pemain Utama Global dalam Hilirisasi Tembaga

smelter hilirisasi tembaga milik PT Freeport Indonesia yang berada di JIIPE. (F: Doc PT Freeport Indonesia)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat perkembangan ekosistem hilirisasi tembaga di Indonesia semakin signifikan, menunjukkan potensi strategis besar dalam memenuhi kebutuhan pasar global. Langkah ini dinilai mampu mendukung teknologi rendah karbon sekaligus meningkatkan nilai tambah ekonomi nasional.

Direktur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti, menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi strategis dalam tren transisi energi global, didukung oleh kepemilikan cadangan tembaga sebesar 3% dari total cadangan dunia atau setara 24.000 ton. Dengan cadangan ini, Indonesia menempati posisi ke-10 dunia, sejajar dengan Tiongkok dan di atas negara seperti Kazakhstan, Zambia, dan Kanada.

“Besarnya cadangan tembaga memberikan fondasi kuat untuk mengembangkan industri yang terintegrasi dan berkelanjutan. Posisi strategis ini membuka peluang besar bagi Indonesia di pasar global,” ujar Esther, Jumat (20/12/2024).

Permintaan Global dan Teknologi Rendah Karbon

Kebutuhan global terhadap tembaga terus meningkat seiring tren adopsi teknologi rendah karbon, seperti kendaraan listrik, energi terbarukan (panel surya dan turbin angin), serta digitalisasi infrastruktur. Tembaga menjadi bahan strategis untuk mendukung pengembangan teknologi ini.

“Tren ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat sektor hilir tembaga melalui peningkatan nilai tambah ekonomi nasional, mulai dari pengolahan bijih menjadi konsentrat hingga produksi kabel listrik dan komponen kendaraan listrik,” jelas Esther.

Kebijakan Mendukung Hilirisasi

Keberhasilan pengembangan hilirisasi didukung oleh kebijakan pemerintah, seperti implementasi UU Minerba, yang menciptakan ekosistem industri terintegrasi antara sektor hulu dan hilir. INDEF mencatat hilirisasi tembaga mampu menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru dan memberikan kontribusi signifikan terhadap GDP nasional.

“Kebijakan yang mendukung keberlanjutan dan inovasi teknologi adalah kunci transformasi industri tembaga. Ini tidak hanya meningkatkan ekspor tetapi juga memperkuat daya saing nasional,” tambah Esther.

Pembangunan Smelter Tembaga di Indonesia

Contoh nyata dari upaya hilirisasi ini adalah smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Smelter ini memiliki kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menghasilkan hingga 700.000 ton katoda tembaga per tahun. Smelter tersebut merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia.

Selain itu, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) juga membangun smelter tembaga dan fasilitas pemurnian logam mulia di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebut smelter ini menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara.

“Lapangan kerja sudah tersedia. Pendapatan negara meningkat. Ke depan, pengusaha tambang yang tidak membangun smelter harus dipaksa untuk melakukannya,” ujar Bahlil.

Dengan langkah strategis ini, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam rantai pasok global teknologi rendah karbon sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemimpin regional di sektor teknologi hijau. Mk-cnbc

Redaktur: Munawir Sani