Trump Menolak Debat Kedua dengan Kamala Harris: Ini Alasannya

Donald Trump dan Kamala Harris. (F: Ist)
AMERIKA SERIKAT (marwahkepri.com) – Calon presiden (capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, menolak untuk melakukan debat capres kedua dengan rivalnya, capres Kamala Harris dari Partai Demokrat. Penolakan ini disampaikan pada hari Rabu (9/10) waktu setempat, beberapa jam setelah Fox News menawarkan untuk menjadi tuan rumah debat kedua itu, yang dijadwalkan akhir bulan ini sebelum hari pemilihan presiden pada tanggal 5 November mendatang.
Trump dan Harris baru berhadapan satu kali dalam debat pada bulan September lalu. Meskipun beberapa media berita menyarankan kemungkinan debat kedua, tampaknya mereka tidak akan bertemu lagi sebelum pilpres digelar.
“Prosesnya sudah sangat terlambat, pemungutan suara (awal) sudah dimulai—tidak akan ada pertandingan ulang!” kata Trump dalam unggahan dengan huruf kapital di platform media sosial Truth Social miliknya, menepis kemungkinan debat kedua.
“Kamala menyatakan dengan jelas, kemarin, bahwa dia tidak akan melakukan hal yang berbeda dari Joe Biden, jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan,” ujar Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (10/10/2024).
Berdasarkan jajak pendapat terbaru, Harris unggul tipis dari Trump. Menurut jajak pendapat The Guardian per 5 Oktober, Harris diprediksi memimpin dengan perolehan 49,3 persen suara secara nasional, dibandingkan Trump dengan 46 persen suara.
Angka tersebut dirilis saat pemungutan suara awal sudah berlangsung. Menurut data Election Lab di University of Florida, lebih dari 1,4 juta warga AS telah memberikan suaranya hingga Jumat (4/10) siang waktu setempat. Keunggulan tipis Harris atas Trump itu serupa dengan analisis The Guardian pekan lalu.
Meskipun perolehan suara nasional atau popular votes penting, Pilpres AS menggunakan sistem electoral college, yang mengharuskan capres mendapatkan 270 electoral votes dari total 538 untuk memenangkan Pilpres. Jalan paling sederhana untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan memenangkan swing states.
Para pakar politik memprediksi pertarungan antara Harris dan Trump akan berlangsung sengit di sejumlah swing states, yaitu negara bagian yang menjadi perebutan suara dan ada kemungkinan dimenangkan oleh capres Partai Demokrat atau Partai Republik.
Ada tujuh swing states dalam pilpres AS: Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Nevada, North Carolina, Georgia, dan Arizona. Harris dinyatakan memimpin di lima dari tujuh swing states tersebut, berdasarkan angka rata-rata jajak pendapat untuk negara bagian berkualitas tinggi yang dikumpulkan oleh platform analisis jajak pendapat 538 selama 10 hari terakhir. Namun, secara keseluruhan, kedua capres tetap memiliki peluang kemenangan yang sama. Mk-detik
Redaktur: Munawir Sani