Fisik Berbeda, Tapi Kuda Nil Ternyata Saudara Terdekat Paus dan Lumba-Lumba!
JAKARTA (marwahkepri.com) – Paus dan lumba-lumba memang terlihat mirip ikan, meskipun keduanya sebenarnya merupakan mamalia laut. Keduanya termasuk dalam ordo Cetacea, namun kini telah digabungkan dengan ordo hewan berkuku seperti sapi dan domba, menjadi bagian dari ordo Cetartiodactyla. Cetartiodactyla juga mencakup kuda nil.
“Jadi, kuda nil itu sebenarnya adalah tetangga dan saudara terdekat paus dan lumba-lumba,” ungkap Dr. Putu LK Mustika, Peneliti College of Science and Engineering James Cook University, Queensland, Australia, dalam Media Lounge Discussion (Melodi) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara daring (25/9/2024).
Sayangnya, hewan-hewan ini sering terdampar, dan berbagai aktivitas manusia menjadi ancaman bagi mereka.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Whale Stranding Indonesia (WSI), antara 1995 dan 2021, terdapat 568 kejadian Cetacea terdampar. Namun, terdapat bias dalam pelaporan data ini, yang umumnya bersumber dari laporan kejadian terdampar, bukan dari pengamat yang secara rutin menyusuri pantai untuk mencari biota yang terdampar.
Menurut statistik yang dipaparkan oleh Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Oseanografi BRIN, Dr. Achmad Sahri, ada enam spesies yang mendominasi kejadian terdampar, yaitu lumba-lumba Irrawaddy, paus sperma, lumba-lumba finless Indo-Pasifik, paus Bryde, dan paus Cuvier.
Dari tahun 1995 hingga 2011, hulu Sungai Mahakam di Kalimantan Timur dan Bali memiliki jumlah kasus terdampar tertinggi (12,24 kasus per 50 kilometer persegi). Namun, sebaran data ini hanya mencakup Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, dan Raja Ampat.
Sementara itu, dari tahun 2012 hingga 2021, Bali dan pesisir Kalimantan Timur mencatat jumlah kasus terdampar tertinggi (20,94 kasus per 50 kilometer persegi). Sebaran data ini hampir merata di semua pulau utama.
Ancaman terhadap keselamatan paus dan lumba-lumba mencakup kegiatan wisata, perikanan, jalur perkapalan, perburuan, kegiatan migas dan pertahanan keamanan, polusi air, sampah padat, serta perubahan habitat, terutama bagi lumba-lumba air tawar.
Dr. Putu LK Mustika, yang akrab disapa Icha, juga menekankan pentingnya nekropsi atau bedah bangkai hewan. Nekropsi dapat membantu mengungkap penyebab terdamparnya para Cetacea.
Ia mengingatkan, jika masyarakat menemui sekumpulan paus atau lumba-lumba, jangan sampai menghadangnya. Hal ini dapat menyebabkan hewan-hewan tersebut panik dan terdampar.
“Jika Anda melihat lumba-lumba di Lovina atau di Kiluan, mohon jangan menghadang atau membuntuti, karena ini dapat merusak kohesi sosial hewan-hewan tersebut dan membuat mereka panik,” jelas Icha. Mk-detik