Investasi Naik Signifikan, Namun Serapan Tenaga Kerja Minim: Menko Airlangga Respon Kritikan

JAKARTA (marwahkepri.com) – Realisasi investasi pada semester I-2024 mencapai Rp 829,9 triliun, meningkat 22,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meskipun angka ini menunjukkan pertumbuhan investasi yang pesat, pelaku usaha dalam negeri mengkritik rendahnya serapan tenaga kerja, yang hanya mencapai 1,22 juta orang.

Menanggapi kritik tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia saat ini didominasi oleh sektor-sektor padat modal seperti industri besi dan baja. “Investasi yang masuk sebagian besar ke industri baja, yang memang bersifat capital intensive,” ungkap Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Untuk meningkatkan serapan tenaga kerja, pemerintah berencana mendorong investasi di sektor-sektor padat karya di masa depan, seperti industri semikonduktor. “Salah satu fokus ke depan adalah sektor semikonduktor, terutama pada fase testing dan pabrikasi, yang akan kita dorong,” tegasnya.

Pemerintah juga akan mempersiapkan sumber daya manusia untuk memenuhi kebutuhan industri padat karya melalui pendidikan vokasi, seperti yang dilakukan di Politeknik Industri Logam Morowali dan Politeknik Industri Petrokimia Banten. “Kami sedang membangun politeknik untuk mendukung kebutuhan industri. Misalnya, politeknik di Morowali dan Cilegon,” kata Airlangga.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menyampaikan kritik terhadap serapan tenaga kerja yang minim dibandingkan besaran investasi. “Selama lima tahun terakhir, investasi tidak sejalan dengan serapan tenaga kerja yang tinggi. Ini berdampak pada kualitas pekerjaan, produktivitas, dan penghasilan pekerja,” ujar Shinta.

Dalam catatannya, Apindo mencatat bahwa investasi tahun 2019 sebesar Rp 809,2 triliun menyerap 1.033.835 pekerja, sedangkan pada 2023, investasi Rp 1.418,9 triliun hanya menyerap 1.823.543 pekerja. “Padahal pada 2013, dengan investasi Rp 398,3 triliun, lapangan kerja yang dihasilkan bisa menyerap 1.829.950 pekerja,” jelas Shinta.(mk/cnbc)

 

Redaktur: Munawir Sani