Pendukung Fanatik Capres Rentan Alami Stress, Ini Saran Psikolog

JAKARTA (marwahkepri.com) – Semakin mendekati pemilu, banyak masyarakat mengalami “election stress disorder,” yang merupakan ketegangan dan kegelisahan terkait politik dan pemilihan umum. Di Indonesia, gejala ini tercermin melalui komentar emosional warganet dan tekanan untuk memilih calon tertentu. Pendukung fanatik cenderung rentan terhadap stres, dengan risiko kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Sejumlah pemilih, seperti Ahsya dan Naomi, merasa cemas dan jenuh menjelang pemilu karena eksposur berita dan perang opini di media sosial. Mereka berusaha melindungi kesehatan mental mereka dengan menghindari topik pemilu dan mencari kegiatan yang menyenangkan.

Sementara itu, ada juga yang, seperti Jelita dan Ratna, terlibat secara intensif, mengikuti debat, memantau media sosial, dan menjadi relawan. Mereka merasa kuat dengan pilihan mereka, tetapi risiko stres masih ada, terutama jika pasangan calon yang didukung menghadapi tekanan atau kritik.

Dokter psikiatri dan psikolog mengingatkan bahwa pendukung fanatik lebih rentan terhadap stres, dan pemilu dapat memicu respons emosional yang kuat. Ada juga peringatan bahwa pemilihan fanatik dan terlalu terlibat dalam perdebatan dapat meningkatkan risiko gejala stres dan depresi.

Dalam hal ini, pemahaman otak manusia, termasuk bagian Prefrontal Cortex dan Amygdala, menjadi kunci. Terdapat upaya untuk mengajak pemilih menggunakan akal sehat dan tidak membiarkan emosi mendominasi proses pengambilan keputusan.

Sebelumnya, riset terkait pemilu dan kesehatan mental di Amerika Serikat juga menunjukkan dampak yang signifikan, dengan sebagian orang mengalami gejala yang sesuai dengan PTSD terkait pemilu.

Dalam menghadapi pemilu, disarankan untuk membatasi akses ke berita pemilu yang memicu emosi di media sosial, berbagi waktu dengan orang terdekat, menuangkan curahan hati di buku harian, dan tetap terhubung dengan alam serta olah raga.

Penting untuk memahami bahwa pemilu, meskipun penting, tidak boleh merusak kesehatan mental masyarakat. Segala hasil dan perubahan harus dihadapi dengan sikap yang bijaksana dan rasional. MK-mun

Redaktur : Munawir Sani