RI Tambah Utang, tapi Tetap Waspada: Bagaimana Menjaga Keseimbangan Pembangunan dan Risiko?

Gedung Bank BI. (f: ist)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia per Mei 2025 tercatat mencapai US$ 435,6 miliar atau sekitar Rp 7.056 triliun (kurs Rp 16.200 per dolar). Kenaikan ini menandai pertumbuhan tahunan sebesar 6,8% (yoy). Meski angka ini tergolong besar, Bank Indonesia menilai struktur utang masih dalam kategori sehat dan terkendali.
Namun di balik angka tersebut, muncul pertanyaan besar: Seberapa jauh Indonesia bisa menyeimbangkan kebutuhan pembiayaan pembangunan dengan risiko beban utang jangka panjang?
Utang untuk Kesehatan dan Pendidikan, Bukan Konsumsi
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, utang pemerintah sebagian besar digunakan untuk sektor-sektor prioritas seperti jasa kesehatan dan kegiatan sosial (22,3%), pendidikan (16,5%), hingga infrastruktur transportasi dan pergudangan (8,7%).
“Ini bukan utang untuk konsumsi, tapi untuk mendukung program strategis dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global,” kata Ramdan, Senin (14/7/2025).
ULN Swasta Kontraksi, Apakah Ini Sinyal Tekanan Bisnis?
Berbeda dengan pemerintah, ULN swasta justru mengalami kontraksi 0,9% (yoy) pada Mei 2025. Sektor nonkeuangan seperti industri pengolahan, pertambangan, dan listrik masih mendominasi pinjaman luar negeri. Namun penurunan ini memunculkan sinyal kehati-hatian dari dunia usaha.
“ULN swasta yang melambat bisa berarti dua hal: bisnis sedang menahan ekspansi karena tekanan global, atau perusahaan lebih selektif dalam mengambil utang baru agar tidak terjebak risiko valas dan bunga,” ujar analis ekonomi dari CORE Indonesia.
Rasio Terjaga, Tapi Ruang Fiskal Makin Sempit?
Meski rasio ULN terhadap PDB masih terjaga di 30,6%, ada kekhawatiran soal ruang fiskal yang semakin ketat. Pemerintah tetap harus membayar utang jatuh tempo, sementara kebutuhan pembiayaan untuk infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan terus meningkat.
“Kuncinya adalah menjaga agar setiap tambahan utang memberi hasil ekonomi yang lebih besar dari beban bunga yang harus dibayar,” tambah analis tersebut.
Keberlanjutan Ekonomi Jangka Panjang di Tengah Ketidakpastian
Bank Indonesia menegaskan, strategi pengelolaan ULN tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian. Sebagian besar utang yang diambil adalah utang jangka panjang, sehingga risiko jangka pendek bisa ditekan.
Namun di tengah gejolak global dan volatilitas pasar keuangan, Indonesia perlu terus memperhatikan risiko nilai tukar, bunga global, dan ketergantungan terhadap pembiayaan eksternal. MK-mun
Redaktur : Munawir Sani