Pemkot Balikpapan Klaim Tangani Lebih dari 100 Kasus Pekerja Terlantar, Mayoritas dari Jawa Timur

Kepala Dinsos Balikpapan, Edi Gunawan saat diwawancara awak media, Selasa (21/01/2025) (f: Salahudin)
BALIKPAPAN (marwahkepri.com) – Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Sosial (Dinsos) mengkalaim lebih dari 100 kasus pekerja terlantar yang ditangani sepanjang tahun lalu.
Beragam persoalan mewarnai kasus tersebut, mulai dari penipuan perekrutan kerja hingga eksploitasi pekerja di perkebunan kelapa sawit.
Kepala Dinsos Balikpapan, Edi Gunawan, menjelaskan bahwa penanganan pekerja terlantar ini melibatkan banyak pihak.
“Selain dana dari Kementerian Sosial (Kemensos), kami juga mendapat dukungan dari masyarakat, CSR, Badan Jakart, dan berbagai paguyuban seperti masyarakat Jawa Timur. Mereka turut membantu memulangkan pekerja terlantar ke daerah asalnya,” ungkapnya, Selasa (21/1/2025).
Edi menambahkan, sebagian besar kasus pekerja terlantar disebabkan oleh janji manis pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
“Banyak yang dijanjikan pekerjaan dengan fasilitas lengkap di kampung halaman mereka. Namun, kenyataannya tidak sesuai atau bahkan mereka ditelantarkan,” ujarnya.
Sebaran pekerja terlantar yang ditangani mayoritas berasal dari Jawa, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur (NTT) dan beberapa daerah lainnya.
“Paling banyak dari Jawa, tetapi kami juga menangani kasus dari berbagai wilayah lain,” jelas Edi.
Sebagai upaya memberikan perlindungan, Dinsos Balikpapan tengah mempersiapkan fasilitas penampungan eksekutif untuk pekerja terlantar.
Fasilitas ini, meskipun belum sepenuhnya lengkap, sudah dapat digunakan dalam keadaan mendesak.
“Kapasitasnya sekitar 20 orang, meski tempat tidur masih perlu dilengkapi,” kata Edi.
Rumah singgah yang dimiliki Dinsos saat ini terletak di Jalan Milono, kawasan Gunung Pasir, Kelurahan Klandasan Ulu, Kecamatan Balikpapan Kota.
Lokasi ini sebelumnya merupakan panti asuhan Manuntung yang sedang diperbaiki agar memenuhi standar rumah singgah.
“Standar rumah singgah itu harus ada tempat tidur, lemari, ruang kunjungan, dan ruang pendampingan. Kami mengalokasikan anggaran sebesar Rp 200 juta untuk perbaikan dan pembangunan rumah singgah baru,” jelas Edi.
Sebagai kota yang menjadi beranda Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Balikpapan kata dia menghadapi tantangan urbanisasi yang semakin meningkat.
Edi menegaskan pentingnya keberadaan rumah singgah untuk menangani pekerja terlantar.
“Rumah singgah ini penting untuk memanusiakan manusia. Setidaknya, mereka memiliki tempat berlindung sementara sambil menunggu proses pemulangan atau pencarian pekerjaan,” tuturnya. MK-Salahudin
Redaktur : Munawir Sani