Pakar AI: 3 Cara Mengoptimalkan ChatGPT untuk Jawaban Lebih Akurat

chat-gpt-1024x576

F: indodax

JAKARTA (marwahkepri.com) – Penggunaan kecerdasan buatan generatif seperti ChatGPT semakin meluas dalam mendukung pekerjaan dan pembelajaran. Namun, tidak jarang hasil yang diberikan AI ini kurang relevan, keliru, atau bahkan plagiat. Oleh karena itu, para ahli menekankan pentingnya validasi dan pendekatan kritis dalam memanfaatkan teknologi ini.

Bagus Jati Santoso, PhD, Kepala Subdirektorat Pengembangan Akademik Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menjelaskan bahwa AI hanyalah alat bantu. Pengguna tetap bertanggung jawab atas akurasi dan relevansi jawaban yang dihasilkan. “Pengguna harus mengkritisi hasil dari generative AI. Ketika berhasil melakukannya, manfaatnya akan luar biasa, baik untuk bahan ajar, penyusunan silabus, atau mendukung proses penelitian,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (2/12/2024).

Bagus memberikan tiga cara agar generative AI seperti ChatGPT menghasilkan jawaban yang lebih akurat:

1. Bangun Literasi AI
Literasi AI adalah kemampuan memahami, menggunakan, dan berinteraksi secara efektif dengan teknologi AI. Dengan literasi yang baik, pengguna dapat menilai kualitas informasi dan mendeteksi kesalahan. “Memahami cara kerja AI dan mengevaluasi keluarannya sangat penting. AI bukanlah alat yang sempurna,” jelas Bagus.

2. Asah Critical Thinking
Pemikiran kritis membantu mengevaluasi hasil AI secara cermat dan memastikan informasi relevan dan valid. “Generative AI hanya alat bantu, tetapi proses verifikasi, validasi, dan finalisasi tetap diperlukan. Jangan gunakan hasil AI tanpa proses tersebut,” tambahnya.

3. Pilih Generative AI yang Tepat
Berbagai platform AI memiliki keunggulan masing-masing. ChatGPT dan Claude unggul dalam percakapan, sedangkan Scite cocok untuk riset ilmiah, Gamma untuk presentasi, dan SEVI AI mendukung kebutuhan pendidikan tinggi. “Menggunakan platform yang sesuai dengan kebutuhan akan memberikan hasil yang lebih akurat,” ujarnya.

Bagus menegaskan, generative AI tidak menggantikan kemampuan intelektual manusia. “AI adalah alat yang mendukung, bukan menggantikan. Pengguna harus tetap kritis dan bijak dalam memanfaatkannya,” tutup Bagus Jati. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani