BRICS Dianggap Pewaris Gerakan Non-Blok, Indonesia Resmi Hadir di KTT Perdana

Foto: Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva. (Dok Tim Media Presiden).
Dalam pidato pembukaan sesi pertama KTT, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyampaikan bahwa BRICS merupakan perwujudan dari semangat Konferensi Asia-Afrika yang pertama kali digelar di Bandung pada tahun 1955. “BRICS adalah manifestasi dari gerakan non-blok Bandung. BRICS menghidupi semangat Bandung,” ujar Lula di hadapan para pemimpin negara anggota, termasuk Presiden Prabowo.
Lula menyoroti kondisi dunia saat ini yang menurutnya tengah mengalami krisis multilateralisme. Ia menyampaikan keprihatinannya terhadap merosotnya semangat kerja sama global yang sebelumnya menjadi dasar pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) delapan dekade silam. Lula mengingatkan bahwa sebagian besar negara anggota BRICS adalah juga pendiri PBB, dan oleh karena itu memiliki tanggung jawab historis untuk menjaga prinsip-prinsip tatanan dunia yang adil dan multipolar.
Sepuluh tahun setelah berdirinya PBB, lanjut Lula, Konferensi Bandung muncul sebagai upaya untuk menolak pembagian dunia ke dalam blok-blok kekuasaan. Dalam konteks tersebut, Lula menegaskan bahwa BRICS kini menjadi pewaris sah dari gerakan non-blok dan harus terus memperjuangkan tatanan dunia yang lebih seimbang dan inklusif.
KTT BRICS kali ini menjadi wadah bagi para pemimpin negara anggota untuk membahas isu-isu strategis yang mencakup politik dan keamanan global, reformasi tata kelola internasional, serta penguatan multilateralisme. Selain itu, topik kerja sama ekonomi, tata kelola kecerdasan buatan (AI), perubahan iklim, kesehatan global, dan isu-isu pembangunan berkelanjutan juga menjadi agenda penting dalam forum tersebut.
Kehadiran Indonesia dalam forum BRICS menunjukkan arah kebijakan luar negeri yang aktif dalam membangun kemitraan strategis di tengah dinamika geopolitik global. Pemerintah berharap keanggotaan di BRICS dapat menjadi platform untuk memperluas pengaruh dan kerja sama yang saling menguntungkan di berbagai sektor. MK-mun
Redaktur : Munawir Sani