Insinyur Microsoft Tersingkir oleh AI Ciptaannya Sendiri: Inovasi atau Ironic Tragedy?

ded542e2-ff57-4925-a704-1a927ab9ef52

Ilustrasi robo ai menggantikan pekerjaan manusia. (f: meta)

JAKARTA (marwahkepri.com) — Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan Microsoft baru-baru ini mencerminkan paradoks modern dunia teknologi: para insinyur yang selama ini membangun sistem kecerdasan buatan (AI), justru tersingkir oleh produk ciptaan mereka sendiri.

Menurut laporan CNBC, sekitar 6.000 karyawan Microsoft secara global terkena dampak PHK. Yang mengejutkan, 40% dari PHK di negara bagian Washington merupakan posisi insinyur perangkat lunak — kelompok profesional yang menjadi ujung tombak pengembangan AI.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah AI benar-benar menggantikan manusia, atau justru mempercepat ketimpangan pekerjaan di era digital?

Gabriela de Queiroz, Director of AI untuk Microsoft for Startups, menjadi salah satu yang terdampak. Melalui unggahan di platform X, ia menulis:

“Berita pahit manis yang ingin dibagikan: Saya terdampak oleh gelombang PHK terbaru Microsoft… Saya patah hati melihat begitu banyak orang berbakat yang pernah bekerja dengan saya diberhentikan.”

Ironi di Balik Ambisi AI

Ironi semakin kentara ketika CEO Satya Nadella pada April lalu menyebutkan bahwa AI kini menulis hingga 30% kode dalam proyek-proyek Microsoft. Teknologi yang seharusnya membantu manusia, kini menjadi alat efisiensi yang menggantikan mereka.

Microsoft sendiri sedang dalam fase agresif memperluas penerapan AI dalam produk dan operasional, menyusul investasi besar-besaran pada OpenAI dan integrasi teknologi seperti Copilot ke berbagai layanan mereka.

Namun bagi sebagian orang, termasuk mereka yang kini kehilangan pekerjaan, transformasi ini meninggalkan luka. Inovasi membawa perubahan — tetapi apakah perubahan itu selalu berpihak pada manusia. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani