Dirut Garuda Beberkan Penyebab Tiket Pesawat Mahal: Biaya Naik 38% Sejak 2019

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan. (F: Foto: detikcom)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan, mengungkapkan sejumlah tantangan yang menyebabkan harga tiket pesawat melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Ia menyebutkan bahwa beban biaya operasional maskapai mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2019.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi V DPR RI dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Wamildan menjelaskan bahwa struktur biaya maskapai telah berubah drastis sejak perumusan Tarif Batas Atas (TBA) terakhir pada 2019.
“Pertama, terjadi lonjakan harga avtur dan meningkatnya beban perawatan pesawat (maintenance),” ujar Wamildan di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Tantangan lainnya meliputi:
-
Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus terjadi sejak 2019.
-
Margin keuntungan maskapai yang semakin ketat secara global.
-
Penurunan load factor (jumlah penumpang) sebesar 3–5%, yang berdampak langsung terhadap profitabilitas.
“Penurunan jumlah penumpang 3–5% saja sudah sangat mempengaruhi margin keuntungan maskapai,” tambahnya.
Wamildan juga membeberkan detail kenaikan biaya operasional untuk rute Cengkareng–Denpasar (CGK–DPS). Pada 2019, biaya operasional per penerbangan berada di angka Rp194 juta. Kini, biaya tersebut melonjak menjadi Rp269 juta—naik sekitar 38%.
Rinciannya antara lain:
-
Kenaikan biaya MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) sebesar Rp31 juta.
-
Lonjakan harga bahan bakar pesawat.
-
Kenaikan upah minimum sebesar 35% sejak 2019.
-
Biaya penyedia layanan marketing dan ticketing yang turut meningkat.
-
Biaya bunga utang (interest cost) yang menambah tekanan pada margin keuangan maskapai.
“Dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang telah melemah sekitar 14–15% sejak 2019, tekanan terhadap margin keuntungan kami semakin besar,” ujar Wamildan menutup pernyataannya. Mk-detik
Redaktur: Munawir Sani