Peluang Besar di Balik Tantangan: Apakah Apple Siap Produksi iPhone di AS?

Ilustrasi foto.
Washington, D.C.(marwahkepri.com) – Ketegangan dagang global kembali menyeret Apple ke tengah perdebatan panas soal relokasi manufaktur. Dengan wacana tarif tinggi yang digaungkan oleh Donald Trump, dorongan bagi Apple untuk memproduksi iPhone di Amerika Serikat kian menguat. Meski langkah ini dipenuhi tantangan berat, banyak pihak melihatnya sebagai peluang strategis jangka panjang bagi AS dan Apple sendiri.
Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menegaskan keyakinan mantan Presiden Trump bahwa AS memiliki tenaga kerja dan sumber daya yang cukup untuk menjadi pusat produksi teknologi tinggi. “Trump yakin kita punya kapabilitas untuk memproduksi iPhone di tanah Amerika sendiri,” ujarnya.
Transformasi Strategis, Bukan Sekadar Relokasi
Relokasi manufaktur bukan semata soal perpindahan fisik pabrik. Ini adalah transformasi menyeluruh dari rantai pasokan global Apple yang telah dibangun selama dua dekade lebih, terutama di China dan Asia Tenggara.
Namun, sejumlah analis memandang bahwa ketergantungan Apple terhadap pemasok luar negeri bisa menjadi risiko strategis ke depan, terlebih dalam situasi geopolitik yang kian tidak menentu. “Jika Apple ingin lebih resilien, membangun sebagian manufaktur di AS adalah langkah strategis,” kata analis Gil Luria dari D.A Davidson.
Ia menambahkan, dengan kemajuan dalam teknologi robotik dan pelatihan tenaga kerja, AS bisa mulai membangun fondasi manufaktur iPhone dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. “Bukan tidak mungkin, hanya butuh kesabaran dan investasi yang konsisten,” tegasnya.
Apple Sudah Siapkan Investasi Jumbo
Apple sendiri telah menjanjikan investasi besar senilai USD 500 miliar di AS dalam beberapa tahun ke depan. Meski sebagian besar diarahkan untuk pusat data, kantor, dan riset, potensi ekspansi ke manufaktur tidak bisa diabaikan.
Langkah awal seperti pembuatan chip Apple Silicon di fasilitas milik TSMC di Arizona menjadi sinyal awal bahwa Apple mulai mempertimbangkan alternatif dari ketergantungan manufaktur Asia.
Harga Mahal, Tapi Ada Imbal Balik Jangka Panjang
Meskipun analis Wedbush Securities, Dan Ives, menyebut harga iPhone bisa melonjak menjadi USD 3.500 jika diproduksi di AS, sebagian pihak berpendapat bahwa biaya tersebut dapat ditekan dengan automasi dan efisiensi produksi jangka panjang.
“AS harus melihat ini sebagai investasi jangka panjang dalam kemandirian teknologi,” ujar Dipanjan Chatterjee dari Forrester Research. “Relokasi memang mahal, tapi memberi imbal balik dalam bentuk kontrol rantai pasokan yang lebih baik.”
Kesimpulan: Waktu yang Akan Menjawab
Memproduksi iPhone di AS masih terlihat seperti mimpi untuk hari ini, tapi bukan berarti mustahil. Dengan investasi strategis, inovasi teknologi, dan dukungan kebijakan yang tepat, Amerika Serikat bisa menjadi bagian penting dari masa depan produksi Apple.
Langkah ini bukan hanya tentang bisnis, tapi juga tentang kedaulatan teknologi dan ketahanan ekonomi nasional. Apple mungkin tak akan menjentikkan jari dan langsung memulai produksi besok, tapi perubahan perlahan sedang dimulai. MK-nang
Redaktur : Munawir Sani