Tanda-Tanda Krisis Ekonomi Global Kian Nyata

ilustrasi dramatis yang menggambarkan ancaman krisis ekonomi global. (F: AI)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Tanda-tanda krisis mulai muncul di berbagai negara, termasuk negara-negara kaya yang mulai mengeluarkan peringatan akan potensi resesi.
Kebijakan perang dagang, terutama kenaikan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menjadi salah satu penyebab utama ketidakstabilan ekonomi global. Berikut ini adalah rangkuman dari situasi di beberapa negara.
Jerman Terancam Resesi
Sebagai salah satu negara terkaya di Eropa, Jerman menghadapi ancaman resesi akibat kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS. Presiden Bank Sentral Jerman, Joachim Nagel, menyatakan bahwa ekonomi Jerman berisiko mengalami resesi pada tahun ini.
“Sekarang kita berada di dunia dengan tarif, jadi kita mungkin dapat mengharapkan resesi tahun ini jika tarif benar-benar diberlakukan,” ujar Nagel dalam wawancara dengan BBC.
Jerman saat ini tengah menghadapi stagnasi ekonomi dengan PDB tahunan mengalami kontraksi berturut-turut, yakni -0,2% pada 2024 dan -0,3% pada 2023. Faktor lain yang memperburuk situasi termasuk dampak pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya pulih serta krisis energi akibat sanksi Barat terhadap Rusia. Ketergantungan Jerman terhadap pasokan migas Rusia semakin memperburuk situasi industri manufaktur dan sektor rumah tangga.
Trump telah meningkatkan tarif impor baja dan aluminium dari Jerman sebesar 25%, yang memicu aksi balasan dari Uni Eropa (UE). Total barang AS senilai US$ 28,26 miliar akan terkena dampak tarif balasan mulai April mendatang. Sebagai eksportir terbesar ketiga di dunia, kebijakan ini sangat merugikan sektor industri Jerman, terutama otomotif dan permesinan.
Kanada Hadapi Dampak Perang Dagang
Kanada, yang merupakan sekutu utama AS, juga merasakan dampak negatif dari kebijakan tarif Trump. Bank Sentral Kanada memangkas suku bunga kebijakan utamanya sebesar 25 basis poin menjadi 2,75% sebagai respons terhadap dampak perang dagang.
Menurut Gubernur Bank Sentral Kanada, Tiff Macklem, kebijakan tarif yang tidak menentu telah mengguncang kepercayaan bisnis dan konsumen. AS, yang merupakan mitra dagang terbesar Kanada dan menyerap hampir 75% ekspor negara tersebut, telah mengenakan tarif 25% pada produk baja dan aluminium Kanada. Sebagai balasan, Kanada juga mengumumkan tarif tambahan terhadap impor AS senilai US$ 20,68 miliar.
Bank Sentral Kanada memperingatkan bahwa perang dagang yang berkepanjangan dapat memperburuk pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi, membuat kebijakan moneter menjadi semakin sulit untuk diputuskan.
Krisis Menghantui Korea Selatan
Di Korea Selatan, sebagian besar perusahaan bersiap menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak krisis keuangan Asia 1997. Menurut survei Federasi Pengusaha Korea (KEF), 96,9% perusahaan memperkirakan krisis ekonomi akan terjadi tahun ini, dengan 22,8% percaya bahwa krisis ini akan lebih parah dibandingkan 1997.
Faktor utama yang memicu ketidakpastian ekonomi di Korea Selatan meliputi perang dagang global, inflasi, serta ketidakstabilan politik dalam negeri. Indeks ketidakpastian kebijakan ekonomi mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir, yang berpotensi menekan investasi hingga 8,7% dalam enam bulan ke depan.
Statistik Korea melaporkan bahwa investasi pada Januari turun 14,2% dibandingkan Desember tahun lalu, menandakan dampak nyata dari ketidakpastian ekonomi. Untuk mengatasi situasi ini, pengusaha dan investor mendesak pemerintah untuk segera melakukan reformasi regulasi guna mendorong investasi jangka panjang.
Resesi Mengancam AS Sendiri
AS sendiri tidak kebal terhadap dampak kebijakan perdagangannya. Menurut perkiraan JPMorgan, terdapat kemungkinan 40% terjadinya resesi di AS pada tahun 2025, dan angka ini bisa meningkat hingga 50% jika tarif tambahan diberlakukan.
Awalnya, JPMorgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2% untuk 2025. Namun, Goldman Sachs dan Morgan Stanley telah menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka masing-masing menjadi 1,7% dan 1,5%. Selain itu, model GDPNow dari Atlanta Fed mengoreksi estimasi pertumbuhan tahunan kuartal pertama menjadi -2,8% dari sebelumnya 2,3%.
Kebijakan tarif Trump telah mengguncang pasar saham AS, dengan investor kesulitan menilai apakah tarif ini bersifat permanen atau hanya taktik negosiasi. Trump juga telah mengancam untuk mengenakan tarif timbal balik global mulai 2 April, yang dapat semakin memperburuk hubungan perdagangan internasional.
Meskipun demikian, Trump tetap optimis dengan kebijakan perdagangannya, menyebutnya sebagai “masa transisi” yang akan membawa kembali kejayaan ekonomi AS.
Kesimpulan
Kebijakan perang dagang yang diterapkan oleh AS telah memberikan dampak luas terhadap perekonomian global. Negara-negara seperti Jerman, Kanada, dan Korea Selatan kini menghadapi ketidakpastian ekonomi yang meningkat, sementara AS sendiri berisiko mengalami resesi. Ketegangan perdagangan global ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memperburuk situasi keuangan dunia jika tidak segera ditangani dengan kebijakan yang lebih bijaksana. Mk-cnbc
Redaktur: Munawir Sani