Ramadan di Tengah Ketidakpastian: Warga Palestina Hadapi Pembatasan Baru di Al-Aqsa

masjid-al-aqsa-dan-dome-of-the-rock-3_169

Kompleks Masjid Al-Aqsa (dok. Getty Images/lucky-photographer)

YERUSSALEM (marwahkepri.com) – Menjelang bulan suci Ramadan, warga Palestina kembali menghadapi tantangan dalam menjalankan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem Timur. Pemerintah Israel mengumumkan serangkaian “pembatasan keamanan” yang membatasi akses bagi sebagian besar warga Palestina, terutama mereka yang berasal dari Tepi Barat.

Kompleks Masjid Al-Aqsa, yang menjadi tempat tersuci ketiga dalam Islam, selalu menjadi pusat ketegangan antara Israel dan Palestina. Tahun ini, kebijakan pembatasan diterapkan di tengah gencatan senjata yang masih rapuh di Gaza, menyusul perang berdarah yang menewaskan puluhan ribu orang.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembatasan akan diberlakukan demi alasan keamanan,” ujar juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dalam konferensi pers daring. Namun, bagi warga Palestina, kebijakan ini dipandang sebagai upaya sistematis untuk membatasi akses ke salah satu situs paling sakral bagi umat Muslim.

Kekhawatiran Palestina dan Respons Internasional

Tahun lalu, Israel memberlakukan larangan masuk bagi pria di bawah usia 55 tahun dan wanita di bawah 50 tahun untuk beribadah di Al-Aqsa. Langkah tersebut dikritik oleh berbagai organisasi HAM internasional yang menilai pembatasan ini sebagai pelanggaran kebebasan beribadah.

Seorang warga Yerusalem Timur, Mahmoud al-Khatib, mengungkapkan kekhawatirannya. “Setiap tahun kami menghadapi kendala untuk beribadah di masjid kami sendiri. Ini bukan hanya masalah keamanan, tapi soal hak dasar kami,” ujarnya.

Sejumlah negara, termasuk Yordania, yang secara resmi menjadi penjaga kompleks Al-Aqsa, telah menyuarakan keprihatinan terhadap kemungkinan meningkatnya ketegangan selama Ramadan. Beberapa negara Arab juga menyerukan agar Israel tidak memperketat akses ke situs suci tersebut guna menghindari eskalasi konflik.

Status Quo yang Dipertanyakan

Kompleks Masjid Al-Aqsa, yang juga dikenal oleh umat Yahudi sebagai Temple Mount, secara historis telah memiliki kesepakatan yang membatasi akses dan kegiatan keagamaan di dalamnya. Berdasarkan aturan yang berlaku, umat Yahudi diperbolehkan mengunjungi kompleks tersebut tetapi tidak berdoa di sana.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, politisi sayap kanan Israel, termasuk mantan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, telah terang-terangan melanggar status quo dengan berdoa di lokasi tersebut. Hal ini semakin memicu kekhawatiran bahwa Israel secara bertahap mengubah kebijakan terhadap kompleks suci ini.

Ketegangan di Tengah Ramadan

Dengan meningkatnya kehadiran pasukan keamanan Israel di Yerusalem dan pembatasan yang semakin ketat, Ramadan tahun ini berpotensi menjadi salah satu yang paling menegangkan dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara Israel beralasan bahwa langkah-langkah ini diperlukan untuk mencegah insiden kekerasan, banyak pihak yang khawatir bahwa pembatasan ini justru akan memperburuk situasi dan meningkatkan ketegangan di kota yang sudah lama menjadi titik panas dalam konflik Israel-Palestina.

Apakah langkah ini akan semakin memperburuk hubungan antara kedua pihak atau justru menjadi pemicu eskalasi baru? Warga Palestina hanya bisa berharap bahwa Ramadan kali ini tidak berubah menjadi bulan ketegangan yang lebih besar. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani