Fenomena Overthinking di Indonesia: Mengapa Perempuan Lebih Rentan?

Fenomena Overthinking di Indonesia: Mengapa Perempuan Lebih Rentan?

Foto Ilustrasi: overthinking

JAKARTA – Overthinking atau berpikir berlebihan telah menjadi bagian dari fenomena kultural di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian terbaru dari Health Collaborative Center mengungkap bahwa 50 persen masyarakat Indonesia mengalami overthinking.

Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, dari jumlah tersebut, hampir 70 persen adalah perempuan.

“Bisa dibilang hampir 70 persen dari mereka yang mengalami overthinking adalah perempuan. Faktor pemicunya sangat beragam,” ujar Ray dalam pemaparan hasil penelitiannya di Jakarta Selatan, Senin (24/2).

Faktor yang Meningkatkan Risiko Overthinking pada Perempuan

Sebuah systematic review dari tahun 1979 hingga 2014 menunjukkan bahwa overthinking dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi sosial, politik, ekonomi, dan kesehatan. Di Indonesia, fenomena ini semakin terlihat, terutama di media sosial, dengan perempuan sebagai kelompok yang paling rentan.

Ray menjelaskan bahwa perempuan memiliki risiko dua kali lipat lebih besar mengalami repetitive negative thoughts atau pikiran negatif yang berulang dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh peran ganda yang sering mereka jalani.

“Perempuan Indonesia tidak hanya berperan sebagai ibu dan istri, tetapi juga sering kali bekerja untuk menopang ekonomi keluarga. Karena mereka memiliki tanggung jawab di berbagai aspek kehidupan, tekanan psikologis yang mereka alami jauh lebih besar,” jelas Ray.

Selain itu, beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko overthinking pada perempuan meliputi:

  • Usia di bawah 40 tahun – Perempuan dalam kelompok usia ini lebih rentan mengalami overthinking.
  • Tingkat pendidikan – Perempuan dengan pendidikan lebih rendah memiliki risiko overthinking 1,5 kali lebih besar.
  • Status pekerjaan – Sebanyak 55 persen perempuan yang tidak bekerja atau kehilangan pekerjaan mengalami overthinking. Bahkan, status tidak bekerja meningkatkan risiko repetitive negative thoughts hampir dua kali lipat.

Siklus Overthinking dan Efek Menularnya

Perempuan Indonesia juga memiliki sifat komunal yang kuat, sering berbagi cerita dan mencurahkan perasaan kepada orang lain. Namun, dalam banyak kasus, kebiasaan ini justru memperkuat siklus overthinking.

“Perempuan cenderung mengulang pikiran negatif saat berdiskusi atau merenung. Bahkan, overthinking ini bisa menular ke teman-temannya ketika mereka saling berbagi cerita,” ujar Ray.

Dengan meningkatnya kesadaran akan dampak overthinking, penting bagi masyarakat, terutama perempuan, untuk menemukan strategi mengelola stres dan pikiran negatif agar tidak terjebak dalam siklus yang berulang dan merugikan kesehatan mental. Mk-cnn

Redaktur: Munawir Sani