Alasan Ilmiah Mengapa Laki-Laki Kerap Terlihat Lebay dan Lebih Manja Saat Demam

1335f0a2-f525-47eb-8b4e-b250531cc5a3

Ilustrasi foto seorang pria manja saat demam. (f: metaai)

MARWAHKEPRI.COM – Sering kali muncul anggapan bahwa laki-laki cenderung berlebihan atau “lebay” ketika mengalami demam. Beberapa pria bisa terlihat lebih lemah dari biasanya dan bahkan menjadi lebih manja kepada orang yang merawatnya. Sebuah unggahan di media sosial seperti X menulis, “Sesangar-sangarnya laki-laki kenapa kalau demam kaya bayi?” sementara pengguna X lainnya bercanda, “Laki-laki kalau udah demam, dunia rasanya kek mau berakhir wkwkwk.”

Hal ini tampaknya bertolak belakang dengan kenyataan bahwa banyak laki-laki biasanya tampak biasa saja ketika mengalami luka atau cedera fisik, meskipun luka tersebut mungkin terlihat lebih parah. Ternyata, ada penjelasan medis di balik fenomena ini.

Secara medis, ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pria lebih rentan mengalami infeksi parah dibandingkan wanita ketika sakit. Ini terlihat pada awal pandemi COVID-19, di mana angka rawat inap dan kematian didominasi oleh laki-laki. Fenomena serupa juga terjadi selama pandemi flu 1918, di mana lebih banyak pria yang meninggal dibandingkan wanita.

Dr. Matthew Memoli, peneliti dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, menjelaskan bahwa pria sering kali kurang mengambil tindakan pencegahan untuk menghindari sakit, seperti jarang menggunakan masker atau mencuci tangan. Pria juga cenderung memiliki perilaku tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, dan lebih enggan mencari perawatan medis, yang akhirnya memperburuk kondisi mereka saat sakit.

Selain itu, penelitian juga menemukan perbedaan biologis dalam sistem kekebalan pria dan wanita. Profesor Sabra Klein, ahli mikrobiologi molekuler dan imunologi di Johns Hopkins University, menjelaskan bahwa wanita cenderung menghasilkan respons imun yang lebih besar dibandingkan pria. Sel imun wanita lebih cepat mendeteksi penyerang asing, seperti virus dan bakteri, dan menghasilkan lebih banyak protein inflamasi, serta antibodi untuk melawan infeksi.

Faktor genetik memainkan peranan penting dalam hal ini. Wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu. Beberapa gen yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh terletak di kromosom X, yang memberi wanita keuntungan dalam hal kekebalan tubuh.

Selain itu, hormon testosteron pada pria diduga menekan fungsi kekebalan tubuh, termasuk produksi antibodi, sementara estrogen pada wanita memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mendukung produksi antibodi yang lebih baik.

Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami lebih dalam tentang perbedaan ini. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat pada wanita kadang-kadang dapat menyebabkan gejala yang lebih parah.

“Anda ingin memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat karena itu membantu melindungi Anda dari penyakit dan menyembuhkan penyakit. Namun, jika sistem kekebalan tubuh terlalu aktif, itu justru bisa menyakiti Anda,” kata Dr. Memoli. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani