Lonjakan Impor Beras RI Capai 4,52 Juta Ton pada 2024: Tertinggi dalam Lima Tahun

sedang_16460427285e29921146d88

Ilustrasi pertanian Indoneisa. (f: dunia pertanian)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka impor beras Indonesia pada 2024 mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir, yaitu 4,52 juta ton. Data ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan 2023 yang mencatat impor sebanyak 3,062 juta ton. Kondisi ini menjadi perhatian serius terkait ketahanan pangan nasional dan strategi pemenuhan kebutuhan beras di tengah berbagai tantangan produksi domestik.

Thailand menjadi negara asal impor terbesar dengan kontribusi 30,19% atau sekitar 1,36 juta ton, dengan nilai transaksi mencapai USD 862 juta. Diikuti Vietnam yang menyuplai 1,25 juta ton atau setara dengan 27,61%. Myanmar berada di posisi ketiga dengan 831,38 ribu ton (18,40%), disusul Pakistan dengan 803,84 ribu ton, dan India 246,59 ribu ton. Negara-negara lainnya menyumbang sekitar 25,13 ribu ton.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, data BPS menunjukkan tren lonjakan impor beras yang signifikan. Pada 2020, angka impor hanya sebesar 356,29 ribu ton, dan perlahan meningkat hingga mencapai puncaknya pada 2024. Kenaikan drastis ini menunjukkan ketergantungan yang semakin besar terhadap beras impor untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Lonjakan impor beras memunculkan pertanyaan besar mengenai efektivitas kebijakan pangan nasional, khususnya dalam meningkatkan produksi beras dalam negeri. Faktor cuaca, keterbatasan lahan pertanian, hingga rendahnya tingkat penyerapan gabah petani lokal menjadi tantangan utama yang perlu diatasi. Pemerintah melalui Perum Bulog juga dihadapkan pada tugas berat untuk menyerap hasil panen domestik dengan harga yang kompetitif.

Kondisi ini menggarisbawahi perlunya kebijakan strategis untuk memperkuat sektor pertanian, termasuk inovasi teknologi pertanian, peningkatan infrastruktur irigasi, dan dukungan kepada petani dalam meningkatkan produktivitas. Selain itu, pengendalian impor secara cermat harus dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan domestik dan keberlanjutan produksi lokal. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani