“Horas”: Lebih dari Sekadar Salam dalam Filosofi Suku Batak

d2a4ebb8-0d41-4299-bbf1-b799ba00c8cd

Ilustrasi warga Batak didepan rumah adatnya. (f: meta)

MEDAN (marwahkepri.com) – Kata “Horas” sudah tidak asing lagi di telinga kita, terutama di kalangan masyarakat Batak. Sering kali diucapkan sebagai pembuka percakapan, ungkapan ini dikenal dengan kehangatannya. Namun, tahukah Anda bahwa kata “Horas” memiliki makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar sapaan?

Menurut falsafah hidup suku Batak, “Horas” bukan sekadar salam biasa. Kata ini mengandung pesan penuh harapan, kasih sayang, dan nilai kehidupan yang harus dipegang oleh setiap orang Batak di mana pun mereka berada. Dalam pengucapannya, “Horas” mencerminkan keinginan untuk hidup saling mengasihi dan bekerja sama demi mendapatkan berkat dalam kehidupan.

Bagi masyarakat luas, “Horas” mungkin dianggap sebagai ungkapan serupa dengan “selamat pagi” dalam bahasa Indonesia atau “sugeng enjang” dalam bahasa Jawa. Namun, bagi orang Batak, kata ini bisa memiliki makna yang berbeda tergantung situasinya. “Horas” bisa diucapkan sebagai harapan, ungkapan kebahagiaan, atau bahkan salam perpisahan. Dalam pelafalannya, ada perbedaan penekanan yang memengaruhi makna. Sebagai contoh, jika digunakan sebagai salam, penekanan berada pada huruf “o”, sementara jika digunakan untuk menyampaikan harapan, penekanan berpindah ke huruf “a”.

Filosofi “Horas” dan Nilai Hidup Orang Batak

Orang Batak Toba, suku terbesar di sekitar Danau Toba, menjadikan tiga nilai utama sebagai pedoman hidup mereka: Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon.

  • Hasangapon: Kemuliaan dan kehormatan yang mendorong mereka untuk meraih kedudukan sosial yang baik.
  • Hamoraon: Kekayaan atau kemakmuran yang dianggap penting dalam kehidupan.
  • Hagabeon: Kehadiran anak, terutama anak laki-laki, sebagai simbol keberlanjutan generasi dan kehormatan keluarga.

Ketiga nilai ini menjadi inti dari makna “Horas”, yang menekankan pentingnya pencapaian hidup melalui kerja keras dan nilai-nilai keluarga.

Makna Filosofis di Balik “Horas”

Lebih dalam lagi, “Horas” mencakup beberapa terminologi filosofis yang menjadi pedoman hidup orang Batak, seperti:

  • Holong masihaholongan: Kasih mengasihi.
  • On do sada dalan nadumenggan: Inilah jalan terbaik.
  • Rap tu dolok rap tu toruan: Seiya sekata.
  • Asa taruli pasu-pasu: Supaya kita diberkati.
  • Saleleng di hangoluan: Selama kita hidup.

Pesan utama dari falsafah ini adalah pentingnya hidup dalam kebersamaan, saling menolong, dan menjaga hubungan kekeluargaan. Nilai-nilai ini tercermin dalam kepribadian orang Batak yang dikenal ramah, penuh solidaritas, dan selalu menjunjung tinggi kebersamaan.

Jadi, saat Anda mendengar atau mengucapkan kata “Horas,” ingatlah bahwa ungkapan ini bukan sekadar salam, tetapi sebuah filosofi yang mendalam yang menggambarkan jati diri orang Batak—penuh cinta kasih, semangat kebersamaan, dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. MK-mun

Redaktur : Munawir Sani