China Balas Dendam, Harga Mineral Kritis Melejit: Ancaman Baru Bagi AS

China Balas Dendam, Harga Mineral Kritis Melejit: Ancaman Baru Bagi AS

Ilustrasi. (F: Ist)

JAKARTA – Aksi balas dendam China terhadap kebijakan pemblokiran chip canggih dan alat pembuat chip yang digaungkan oleh AS kini mulai memberikan dampak nyata. China baru-baru ini memperluas blokir terhadap tiga mineral kritis asal negaranya, yakni gallium, germanium, dan antimon. Mineral-mineral ini sangat dibutuhkan dalam pengembangan semikonduktor, peralatan militer, dan baterai mobil listrik.

Sebagai akibat dari penguatan pemblokiran oleh China, harga mineral kritis tersebut melonjak tajam. Harga antimon, misalnya, dilaporkan naik ke level tertinggi, yakni US$39.500-40.000 (Rp 637-645 juta) per metrik ton per 31 Desember 2024 di Rotterdam. Harga tersebut meningkat sebesar 250% pada tahun 2024. Para pedagang memprediksi bahwa harga antimon akan terus naik, bahkan bisa menembus US$40.000 per metrik ton, menyusul kelangkaan pasokan akibat pemblokiran China.

“Kami sudah menjual sejumlah kecil antimon dengan harga US$40.000,” kata salah satu pedagang logam skala kecil di Eropa. “Penjual non-China akan mematok harga lebih tinggi untuk memaksimalkan profit,” tambahnya.

China diketahui memproduksi hampir 50% pasokan antimon global, yang diperkirakan mencapai 83.000 ton pada tahun lalu, menurut data dari Survei Geologi AS (USGS). Para pedagang mengatakan bahwa larangan China ini adalah bagian dari strategi untuk mengkonsolidasikan produksi mineral secara internal, mengurangi ketergantungan pada ekspor.

“AS telah mendiversifikasi rantai pasokannya jauh dari China, membeli lebih banyak dari Asia Tenggara,” ujar Ellie Saklatvala, kepala penetapan harga logam non-besi di Argus. “Namun, dalam jangka pendek, masih belum jelas bagaimana mereka akan mengisi kesenjangan yang ditinggalkan oleh China,” tambahnya.

China juga melarang ekspor galium dan germanium ke Amerika Serikat, meskipun dampaknya terbatas karena AS telah berhenti membeli mineral-mineral penting ini dari China. “Pasar tetap ditentukan oleh manusia, bukan hanya faktor fundamental. Oleh karena itu, diperkirakan akan ada tekanan bullish karena para pedagang mengeksploitasi larangan tersebut untuk menaikkan harga,” kata Theo D. Ruas, Manajer Penjualan Global Logam & Senyawa di Indium Corporation.

Larangan China terhadap bahan mentah ini menyoroti pentingnya pasokan tambahan di luar China. “Swasembada harus menjadi tujuan jangka pendek bagi pemerintah AS,” ujar Ruas.

Dominasi China terhadap mineral-mineral penting ini telah memicu kekhawatiran mengenai logam-logam lainnya yang mungkin juga akan dibatasi ekspornya. Salah satu pedagang menyebut bahwa China dapat menargetkan bismut dan mangan berikutnya.

Ketegangan geopolitik antara AS dan China terus mempengaruhi rantai pasokan chip dan bahan mineral, yang berpotensi menghambat pasokan global dan menaikkan harga di pasar internasional. Mk-cnbc

Redaktur: Munawir Sani