Fakta dan Mitos Daging Babi dalam Islam: Mengapa Diharamkan?

Ilustrasi daging Babi tidak dimakan jutaan orang. (f: bincangsyariah.com)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Daging babi, yang menjadi salah satu sumber protein populer di dunia, diharamkan bagi umat Islam serta beberapa kepercayaan lainnya. Alasan di balik larangan ini sering kali dibalut dengan berbagai mitos dan fakta, yang kadang sulit dibedakan kebenarannya.
Salah satu mitos yang sering muncul adalah anggapan bahwa daging babi mengandung cacing pita yang berbahaya dan tidak bisa mati meskipun dimasak. Meski benar bahwa daging babi bisa menjadi tempat hidup cacing pita, hal ini juga berlaku bagi daging hewan lain seperti sapi dan kambing jika mereka hidup di lingkungan kotor. Menurut Mayo Clinic, cacing pita bisa terbunuh dengan memasak daging hingga mencapai suhu minimal 71°C.
Fakta lainnya, daging babi sebenarnya memiliki nutrisi yang seimbang. BBC Future bahkan menyebutkan bahwa lemak babi termasuk dalam daftar 10 makanan bernutrisi dunia. Dalam 100 gram daging babi terkandung sekitar 25,7 gram protein. Namun, konsumsi berlebihan tetap bisa memicu obesitas.
Dalam perspektif Islam, alasan utama keharaman daging babi bukan hanya karena potensi adanya cacing pita, tetapi juga terkait dengan lingkungan hidup babi yang dianggap kotor dan kebiasaannya memakan sisa makanan yang tidak bersih. Hal ini merujuk pada ajaran Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 168, yang mengingatkan umat untuk memilih makanan halal dan baik.
Meskipun babi diharamkan, Islam mengakui bahwa segala makhluk ciptaan Allah memiliki hikmah di balik penciptaannya. Allah SWT tidak menciptakan babi tanpa tujuan, walau umat Islam dilarang mengonsumsinya. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani