Kesenian Betandak Dangkong: Warisan Budaya yang Makin Merakyat dan Didorong Sebagai Diplomasi Budaya

Kesenian-khas-Melayu-Kepri-Betandak-Dangkong-di-Karimun-skvcn

Kesenian Melayu Kepri, Betandak Dangkong di lapangan bola Leho Teluk Uma, Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Sabtu (31/8) malam. (f: tb)

KARIMUN (marwahkepri.com) – Betandak Dangkong, kesenian tradisional khas Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, kembali digelar di lapangan bola Leho Teluk Uma, Kecamatan Tebing, Sabtu (31/8) malam. Acara ini menarik perhatian masyarakat luas dengan menampilkan puluhan penari dari berbagai daerah dan mancanegara, termasuk Singapura dan Malaysia.

Tarian Betandak Dangkong, yang dikenal dengan irama khas “dang-dang kung”, bukan hanya sebatas hiburan, tetapi juga simbol kebersamaan yang diwariskan sejak masa Kerajaan Melayu Bentan, Riau-Lingga. Tradisi ini tetap hidup dan berkembang hingga kini, menjadikannya salah satu warisan budaya tak benda yang harus dijaga.

Namun, tahun ini pelaksanaan Betandak Dangkong terasa lebih istimewa. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah IV Riau-Kepri, Jumhari, menyatakan bahwa tahun ini konsep Dangkong lebih “merakyat.”

“Kami ingin mengembalikan Dangkong ke akar budayanya, menekankan esensinya sebagai tari pergaulan masyarakat Melayu,” ujarnya.

Penampilan Betandak Dangkong oleh komunitas lokal asal Tanjungpinang dan Lingga di lapangan bola Leho, Sabtu (31/8) malam.

Dangkong, yang tidak hanya populer di Karimun, kini telah menjangkau wilayah-wilayah lain, baik di Indonesia maupun mancanegara. Ekosistem seni ini menjadi ajang ekspresi budaya yang melampaui batas teritorial, menunjukkan bahwa seni tradisional bisa menjadi jembatan diplomasi budaya.

“Dangkong dapat dijadikan sebagai ajang diplomasi budaya, terutama dengan keterlibatan komunitas akar rumput,” tambah Jumhari.

Modernisasi, menurutnya, tidak menjadi ancaman bagi seni ini, tetapi justru mendorong inovasi agar tetap relevan tanpa kehilangan akar tradisi.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Guntur Sakti, melihat potensi besar Betandak Dangkong dalam mendongkrak sektor pariwisata.

“Selain keindahan alam, kesenian khas seperti Dangkong ini menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara,” jelasnya.

Dengan upaya melestarikan dan memperkenalkan seni tradisional, Kepri memiliki peluang besar untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, sekaligus menjaga identitas budaya Melayu yang kian penting di tengah arus modernisasi. MK-tb

Redaktur : Munawir Sani