Alasan utama di balik ketidakmengonsumsian daging babi oleh jutaan orang di dunia meliputi pertimbangan agama dan kepercayaan. Dalam Islam, misalnya, Alquran secara tegas melarang umat Muslim untuk mengonsumsi daging babi, sesuai dengan Al-Maidah Ayat 3. Begitu pula dalam ajaran Yahudi (Judaisme), di mana daging babi dianggap sebagai binatang kotor dan terlarang untuk dikonsumsi menurut aturan kosher.
Selain alasan agama, semakin banyak orang yang memilih untuk menjalani pola makan vegan atau mengurangi konsumsi daging hewan, termasuk daging babi, karena pertimbangan kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Bagi para vegan, makan daging hewan dianggap tidak manusiawi karena menganggap hewan juga memiliki perasaan. Selain itu, konsumsi daging babi juga terkait dengan risiko kesehatan, seperti peningkatan risiko kanker dan infeksi parasit seperti cacing trichinella. Tingginya kandungan asam lemak omega 6 dalam daging babi juga dikaitkan dengan risiko peradangan dan penyakit serius lainnya seperti arthritis dan penyakit jantung.
Tidak hanya itu, industri peternakan babi juga dikritik karena dampak negatifnya terhadap lingkungan. Proses ternak babi diketahui merusak lingkungan, dan survei menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menghindari daging, termasuk daging babi, karena dampaknya terhadap lingkungan.
Ketertarikan terhadap veganisme juga terus meningkat, dengan konsekuensi ekonomi yang signifikan bagi industri daging. Selain merugikan bagi lingkungan, peternakan babi juga diketahui memiliki dampak buruk bagi kesejahteraan pekerjanya, termasuk risiko terpapar bakteri dan penyakit pernapasan akibat kondisi kerja di peternakan yang tidak sehat. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani