Targetkan jadi MRO Terbesar di Asia Tenggara, Batam Aero Technic Siap Serap Ribuan Pekerja
Batam Aero Technic (BAT), pusat perawatan pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) milik Lion Group di Kota Batam. (Foto: Instagram)
BATAM (marwahkepri.com) – Batam Aero Technic (BAT), fasilitas Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) milik Lion Group di Batam, terus memperluas kapasitas industri penerbangan nasional.
Meskipun saat ini telah memperkerjakan lebih dari 2.100 karyawan dan memiliki tujuh hanggar, BAT berencana menambah hanggar baru dan menyerap sedikitnya 8.000 pekerja lagi.
“Batam Aero Technic kini mempekerjakan 2.100 karyawan, bekerja tiga shift selama 24 jam penuh untuk melayani industri penerbangan nasional dan internasional. Setiap penambahan satu hanggar kami menambah sekitar 750 karyawan. Target kami, tahun 2030 sesuai harapan Presiden, BAT bisa menyerap 10.000 tenaga kerja nasional,” ujar Presiden Direktur Lion Group Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi, Rabu (19/11/2025).
Beroperasi sejak 2012, BAT berkembang pesat menjadi salah satu MRO terbesar dan tercanggih di Asia Tenggara.
Daniel menyebut seluruh hangar BAT telah memenuhi standar internasional dan mengantongi sertifikasi dari berbagai regulator dunia seperti FAA (Amerika Serikat), Regulator Inggris, San Marino dan negara kawasan Asia seperti Filipina, India, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Pengakuan global ini membuka peluang pasar perawatan pesawat internasional semakin besar. Tidak hanya maskapai Lion Group, sejumlah maskapai asing seperti Philippine Airlines dan Cebu Pacific Airlines juga mempercayakan perawatan armadanya di BAT.
Dengan pola operasi 24 jam nonstop, proses perawatan bisa lebih cepat sehingga pesawat dapat segera kembali melayani penumpang.
Sampai saat ini, BAT telah menanamkan investasi lebih dari 40 persen PMDN dengan target investasi mencapai Rp 1,7 triliun.
Fasilitas BAT berdiri di atas lahan seluas 30 hektare dan telah mengusulkan perluasan 25 hektare lagi. Bila disetujui BP Batam, area operasional akan mencapai 55 hektare, dan kemudian berkembang menuju 108 hektare sesuai masterplan jangka panjang.
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Lukman F. Laisa, menyampaikan bahwa saat ini lebih dari setengah komponen pesawat maskapai Indonesia masih harus diperbaiki di luar negeri, sehingga antrean servis dan tingkat pesawat yang tidak beroperasi masih tinggi.
“Jika MRO sudah kuat di Batam, Kertajati, dan bandara lainnya, perawatan tidak perlu keluar negeri dan antrean berkurang. Pesawat lebih cepat kembali terbang,” tegasnya. MK-mun
Redaktur: Munawir Sani
