Generasi Muda Anambas Menanam Harapan Lewat 5.000 Bibit Mangrove
Suasana penanaman mangrove pelajar bersama SKK Migas di Desa Putik, Kecamatan Palmatak. (Foto: SKK Migas)
ANAMBAS (marwahkepri.com) — Langit pagi di pesisir Desa Putik, Kecamatan Palmatak, tampak teduh saat deretan pelajar berseragam biru putih menancapkan bibit mangrove di tanah berlumpur. Jemari mereka kotor oleh lumpur, namun senyum puas terpancar di wajah-wajah muda itu. Di tangan mereka, 5.000 bibit mangrove ditanam — langkah kecil, namun bermakna besar bagi masa depan bumi.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Medco E&P Natuna Ltd, SKK Migas, Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Yayasan Kute Siantan Peduli. Tujuannya sederhana namun berdampak luas: menumbuhkan kesadaran ekologis di kalangan generasi muda kepulauan.
“Anak-anak harus melihat langsung bagaimana mangrove melindungi laut dan daratan. Dari mereka, perubahan itu bermula,” ujar Kemal A. Massi, Manager Field Relations & Community Enhancement Medco E&P Natuna Ltd, di sela kegiatan.
Sebelum turun ke lumpur, para siswa telah mengikuti pelatihan pembibitan dan sosialisasi ekosistem mangrove di tiga sekolah yakni SMPN 1 Palmatak, SMPN 2 Piabung, dan SMPN 1 Air Nangak. Melalui kelas terbuka dan praktik langsung, mereka mempelajari fungsi mangrove dalam menjaga keseimbangan pesisir: mencegah abrasi, banjir rob, hingga menjadi habitat biota laut bernilai ekonomi.
“Kami tidak ingin mereka hanya tahu teori, tapi juga punya keterampilan nyata untuk menjaga lingkungan,” tambah Kemal.
Kegiatan dikemas menarik dan edukatif, mulai dari pemutaran video dokumenter, diskusi santai, hingga praktik menanam bibit mangrove. Antusiasme siswa terlihat jelas.
“Rasanya seperti belajar sains tapi di alam,” ungkap Rani, siswi SMPN 2 Piabung sambil membersihkan tangan dari lumpur.
Program pelestarian mangrove oleh Medco E&P Natuna bukan hal baru. Sebelumnya, kegiatan serupa telah dilakukan di Dusun Nuan, Desa Matak, dan Dusun Muntai, Desa Teluk Siantan, dengan total 3.500 bibit mangrove yang kini tumbuh menghijau di pesisir.
Metode penanaman pun menyesuaikan kondisi alam setempat, menggunakan sistem rumpun berjarak dan polibag dengan pemantauan rutin untuk memastikan tingkat hidup bibit.
“Kami ingin hasilnya berkelanjutan, bukan sekadar simbolis,” jelas Kemal.
Selain manfaat ekologis, kegiatan ini juga memberi nilai ekonomi. Warga mulai mengembangkan bibit mangrove secara mandiri, bahkan menjadikannya peluang ekowisata berbasis lingkungan.
“Pelestarian mangrove bukan hanya soal menanam, tapi menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab,” tutur Kemal menegaskan.
Sugianto, S.Pd, Kepala SMPN 1 Palmatak, menilai program ini sangat penting bagi pendidikan karakter lingkungan.
“Anak-anak kami belajar langsung arti menjaga alam. Kami berharap kerja sama seperti ini terus berlanjut,” ujarnya.
Sementara itu, Nurul Jumardiana, Kepala SMPN 2 Piabung, berharap kegiatan serupa menjadi agenda rutin.
“Mangrove itu masa depan masyarakat pesisir. Kami ingin terus terlibat,” katanya.
Menjelang senja, ketika ombak kecil menyapa pesisir Pulau Matak, ribuan bibit mangrove tampak tegak berbaris di tepi air, membentuk pola hijau muda di antara lumpur dan langit jingga. Dari akar-akar kecil itu, tumbuh harapan besar bahwa generasi muda Anambas tak hanya mewarisi alam, tapi juga menjaganya dan menumbuhkan kehidupan bagi masa depan bumi. MK-nang
Redaktur: Munawir Sani
