Kazakhstan Jadi Negara Muslim Pertama di Era Trump yang Gabung Perjanjian Abraham

27434248c47585a0

Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev saat pertemuan di Gedung Putih, Washington DC, Kamis (6/11/2025) (f: ist)

JAKARTA (marwahkepri.com) – Kazakhstan resmi bergabung dengan Perjanjian Abraham (Abraham Accords), kesepakatan yang menandai normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Langkah ini diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melalui akun Truth Social, Kamis (6/11/2025), dan dinilai sebagai momen simbolis mengingat hubungan baik Kazakhstan–Israel yang telah terjalin selama lebih dari tiga dekade.

“Kazakhstan merupakan negara pertama di masa jabatan kedua saya yang bergabung dengan Perjanjian Abraham, dan akan menjadi yang pertama dari banyak negara lainnya,” ujar Trump dalam unggahannya.

Pemerintah Kazakhstan dalam pernyataannya menyebut keputusan tersebut sebagai kelanjutan alami dari kebijakan luar negeri negara itu yang berorientasi pada dialog dan stabilitas kawasan.

“Keikutsertaan kami dalam Perjanjian Abraham merupakan langkah logis dari kebijakan luar negeri Kazakhstan yang berlandaskan saling menghormati dan kerja sama regional,” tulis pernyataan resmi pemerintah, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, utusan khusus AS Steve Witkoff sempat menyebut akan ada negara baru bergabung ke perjanjian itu, namun tak menyebutkan nama. Belakangan, laporan Axios mengonfirmasi bahwa negara tersebut adalah Kazakhstan — negara mayoritas Muslim di Asia Tengah yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel sejak awal 1990-an.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev juga hadir dalam pertemuan puncak lima pemimpin Asia Tengah dengan Trump di Gedung Putih pada Kamis malam waktu setempat.

Latar belakang Perjanjian Abraham

Perjanjian Abraham merupakan kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan sejumlah negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan. Perjanjian ini pertama kali ditandatangani pada 15 September 2020 di Gedung Putih dengan mediasi Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump.

Nama Abraham Accords dipilih untuk menekankan hubungan keturunan antara bangsa Yahudi dan Arab yang sama-sama menelusuri asal-usulnya kepada Nabi Ibrahim AS.

Trump diketahui berulang kali menyatakan harapannya agar Arab Saudi juga bergabung dalam perjanjian tersebut, meski Riyadh hingga kini tetap berpegang pada Prakarsa Perdamaian Arab 2002, yang mensyaratkan pembentukan negara Palestina sebelum normalisasi penuh dengan Israel. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani