Ilmuwan Ungkap Dampak Psikologis Tersembunyi dari Pengalaman Mendekati Kematian

854793df-92ae-4780-b5d3-caf208323146

Ilustrasi seseorang mengalami pengalaman mendekati kematian (NDE) (f: metaai)

JAKARTA (marwahkepri.com) — Sebuah penelitian dari University of Virginia (UVA) mengungkap sisi lain dari pengalaman mendekati kematian atau near-death experience (NDE). Meski kerap dianggap spiritual dan menginspirasi, banyak penyintas NDE justru menghadapi guncangan emosional, perubahan kepercayaan, bahkan kesulitan dalam hubungan sosial setelah kembali hidup.

Penelitian yang melibatkan 167 responden ini mendapati bahwa sekitar 15 persen pasien sakit parah pernah mengalami NDE, dengan sensasi seperti keluar dari tubuh, melihat cahaya terang, atau bertemu orang terkasih yang telah meninggal.

Transformasi Spiritual dan Ketakutan Akan Kematian

Hasil survei menunjukkan hampir 70 persen penyintas NDE mengalami perubahan mendalam dalam keyakinan spiritual dan pandangan mereka terhadap kematian.

“NDE saya cukup besar. Saya tahu, saya tidak akan pernah menjadi orang yang sama lagi, jadi refleksi dan kerja batin yang berkelanjutan dibutuhkan setiap hari,” tulis salah satu peserta, dikutip dari New York Post.

Bagi banyak peserta, pengalaman ini menjadi titik balik kehidupan — mereka merasa lebih sadar akan makna hidup, tetapi juga lebih sensitif terhadap hal-hal spiritual dan emosional.

Dampak Sosial dan Emosional: Antara Inspirasi dan Isolasi

Menariknya, penelitian tersebut juga mencatat lebih dari 20 persen responden mengalami perceraian atau putus cinta setelah NDE. Banyak yang menyebut pengalaman itu membuat mereka merasa “berbeda” dan sulit dipahami oleh orang terdekat.

Seorang peserta menggambarkan NDE-nya sebagai “pedang bermata dua” — pengalaman yang sangat transformatif namun sulit dibagikan karena takut dihakimi.

“Pengalaman saya menunjukkan bahwa orang-orang di sekitar saya tidak memahami betapa beratnya apa yang saya alami. Jadi, saya pikir orang lain juga tidak akan peduli,” tulis seorang peserta lainnya.

Kebutuhan Dukungan Psikologis Masih Minim

Sebanyak 64 persen peserta mengaku mencari bantuan profesional atau spiritual setelah mengalami NDE, dan 78 persen merasa dukungan tersebut sangat membantu. Namun banyak yang mengeluhkan minimnya pemahaman dari pihak konselor atau komunitas agama.

“Setelah beberapa kali mencoba, sejujurnya tidak ada yang cukup mampu mengatasinya. Semua tanggapannya standar dan tidak menginspirasi,” ungkap salah satu responden.

Peneliti utama Marieta Pehlivanova dari Departemen Psikiatri dan Ilmu Neurobehavioral UVA Health menegaskan, riset ini membuka urgensi baru bagi dunia medis dan psikologi untuk memperhatikan aspek emosional para penyintas NDE.

“Penelitian tentang cara mendukung pasien-pasien ini dan kebutuhan spesifik mereka masih terbatas. Kami berharap bisa menginspirasi lebih banyak klinisi untuk meneliti hal ini,” katanya dalam publikasi di Psychology of Consciousness: Theory, Research, and Practice. MK-dtc

Redaktur : Munawir Sani