Sedanau, Kota Apung yang Mati Suri Menanti Ekspor Ikan Hidup Dibuka Lagi

Menteri KKP saat tiba di bandara Lanud RSA Natuna. (f: mi)
NATUNA (marwahkepri.com) – Sedanau, kecamatan kecil berpenduduk 5.892 jiwa di Natuna, dulu dikenal sebagai “Kota Apung” yang tak pernah tidur. Kapal-kapal nelayan hilir mudik, menjual ikan hidup ke kapal asal Tiongkok yang datang dua kali sebulan.
Kini semua itu tinggal kenangan. Dermaga sunyi, kolam penampungan kosong, dan perahu-perahu kayu terikat tanpa tujuan. Sejak ekspor ikan hidup dihentikan, ekonomi Sedanau seakan mati suri.
“Sejak ekspor ditutup, ekonomi kami benar-benar jatuh. Harga ikan di pasar lokal terlalu murah, tidak sebanding dengan biaya tangkap,” keluh Ismail, salah satu nelayan tempatan.
Bagi warga Sedanau, ikan hidup bukan sekadar barang dagangan. Ia adalah urat nadi kehidupan: dari biaya sekolah anak, dapur yang tetap berasap, hingga perawatan kapal nelayan. Ketika kran ekspor ditutup, rantai ekonomi langsung terputus.
Toko-toko sepi, keluarga terjerat utang, dan anak-anak muda berbondong ke Batam atau Tanjungpinang mencari kerja. Seorang tokoh masyarakat bahkan berkata getir, “Kalau terus begini, tradisi melaut bisa hilang. Generasi muda tidak akan mau lagi jadi nelayan.”
Di tengah kelesuan itu, secercah harapan muncul. Selasa (26/8/2025), Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendarat di Lanud Raden Sadjad, Ranai. Disambut Bupati Natuna dan jajaran Forkopimda, ia melakukan rangkaian kunjungan meninjau SKPT Selat Lampa, Pasar Batu Kapal, hingga proyek hibah JICA.
Namun bagi masyarakat Sedanau, semua agenda itu hanya bermuara pada satu pertanyaan: apakah ekspor ikan hidup akan dibuka kembali?
“Jangan hanya datang untuk seremonial, Pak Menteri. Kami masyarakat perbatasan butuh solusi nyata. Ekspor ikan hidup inilah satu-satunya harapan kami,” tegas Ismail.
Ekspor ikan hidup dari Natuna sejatinya bukan hanya soal ekonomi. Ada dimensi geopolitik yang kerap terlupakan. Natuna adalah garda terdepan Indonesia di Laut Cina Selatan. Jika masyarakat pesisir melemah, siapa yang akan menjaga perairan strategis ini?
Membuka kembali ekspor berarti menghidupkan roda ekonomi sekaligus memperkuat daya hidup komunitas perbatasan. Sebab, nelayan yang sejahtera adalah benteng terdepan kedaulatan negara.
Kini, harapan warga Sedanau tertambat pada satu keputusan: dibukanya kembali kran ekspor ikan hidup. Bagi mereka, inilah satu-satunya angin segar yang bisa menghidupkan kembali denyut “kota apung” di perbatasan. MK-nang
Redaktur : Munawir Sani