Kenduri Budaya Pulau Tiga, Bukti Negara Tak Lupakan Natuna

Tokoh masyarakat memukul gong sebagai tanda dibukanya acara adat, disaksikan para perangkat desa, tokoh adat, dan aparat keamanan di sebuah balai adat. (f: nang)
NATUNA (marwahkepri.com) – Kenduri Pulau Tiga menjadi bukti kehadiran negara melalui Kementerian Kebudayaan di kabupaten Natuna, daerah terdepan yang berada di ujung utara Indonesia.
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melalui UPT Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IV Riau-Kepulauan Riau, menggelar kenduri budaya di desa Pulau Tiga, Kecamatan Pulau Tiga Barat.
Kegiatan dihelat sebagai bentuk pelestarian kesenian maupun budaya masyarakat Natuna yang mulai hilang karena tergerus kemajuan zaman.
Kepala BPK Wilayah IV, melalui Staf Perencanaan Ardiyansyah, menyampaikan bahwa salah satu tugas utama mereka adalah untuk pelestarian kesenian dan budaya.
“Kenapa kita laksanakan disini, karena kami ingin membangkitkan kembali adat istiadat yang ada di daerah sini,” ungkapnya saat pembukaan acara, Rabu, 12 Agustus 2025.
Melalui kenduri budaya yang dilaksanakan selama tiga hari ini, diharapkan dapat mendorong semangat gotong-royong masyarakat dalam upaya pelestarian budaya Natuna, khususnya di Pulau Tiga.
Dalam tiga hari kedepan, ada beberapa kesenian yang akan ditampilkan diantaranya, Tari Tupeng (Topeng), Lang-Lang Buana dan ditutup dengan teater Mendu.
“Mari kita bersama-sama menunjukkan kepedulian terhadap kebudayaan kita. Sehingga apa yang sudah hilang bisa bangkit lagi,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Ardiyansyah juga menjelaskan, sebelumnya telah dilaksanakan lokakarya selama tiga hari di Museum Sri Serindit Natuna.
Workshop tersebut melibatkan 150 peserta dari berbagai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sederajat dan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Natuna.
Sedangkan Kepala Desa Pulau Tiga, Rozain, mengucapkan terimakasih kepada BPK wilayah IV yang telah melaksanakan kenduri budaya di kampungnya.
Dikatakannya, sudah dua tahun lamanya mengajukan rencana pagelaran kebudayaan, akhirnya pada tahun 2025 impian itu menjadi kenyataan.
Karenanya, kegiatan yang mengangkat kekayaan seni dan tradisi ini disambut dengan antusias oleh masyarakat dan pelaku seni.
Berbagai potensi budaya kembali digali dan ditampilkan. Salah satunya adalah Zapin Tali, tarian khas yang kini telah memiliki hak cipta sehingga tidak bisa lagi diklaim oleh pihak lain. Selain itu, Genong Silat yang sempat meredup, kini kembali dihidupkan, menjadi bukti semangat pelestarian warisan leluhur.
Tak hanya itu, seni musik tradisional seperti kompang dan gazal juga turut dibangkitkan kembali. Bahkan musik dangdut yang biasa didengar masyarakat, secara perlahan diberi sentuhan irama Melayu agar tetap lekat dengan identitas budaya daerah.
“Kami merasa seperti mimpi bisa melaksanakan kegiatan ini. Apalagi wilayah IV Riau dan Kepri hadir lengkap untuk memeriahkan acara yang digelar selama tiga malam ini,” ungkap salah satu panitia dengan penuh haru.
Pagelaran budaya ini diharapkan menjadi awal kebangkitan kembali seni tradisional Riau dan Kepri, sekaligus sarana mempererat tali silaturahmi antarwilayah melalui warisan budaya yang membanggakan. MK-nang
Redaktur : Munawir Sani