Sekolah Rakyat di Natuna Terancam Molor, Janji Pendidikan Kedua Belum Terpenuhi

WAN Rico, pelaksana teknis rehabilitasi gedung melihat kondisi ruang Asrama Haji Natuna yang disebut-sebut sebagai lokasi pelaksanaan Program Sekolah Rakyat. Hingga Jumat (18/7/2025), ruangan masih dalam proses perbaikan dan belum siap digunakan untuk kegiatan belajar. (f: nang)
NATUNA (marwahkepri.com) – Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto untuk memberi kesempatan kedua bagi anak-anak putus sekolah di Natuna terancam tak berjalan sesuai jadwal. Investigasi di lapangan menunjukkan sejumlah kendala serius yang membuat pelaksanaan program ini molor dari target.
Pantauan di Asrama Haji Natuna, lokasi yang disebut sebagai tempat belajar Sekolah Rakyat, pada Jumat (18/7/2025), memperlihatkan kondisi yang jauh dari siap pakai. Bau cat masih menyengat, debu plafon beterbangan, dan pekerja masih sibuk dengan perbaikan dasar. Pengecatan serta perombakan plafon belum rampung.
“Kami disuruh dua minggu selesai, tapi kan ini bukan kerjaan sulap. Mana bisa semalam beres,” ujar salah satu pekerja proyek di lokasi tersebut.
WAN Rico, pelaksana teknis rehabilitasi gedung, mengakui pengerjaan masih jauh dari kata selesai. Bahkan, ia memperkirakan penyelesaian baru bisa tercapai paling cepat pada Agustus. Ia juga membandingkan progres di Natuna dengan daerah tetangga seperti Anambas yang jauh lebih cepat menangani program serupa.
Ironisnya, di tengah kondisi fisik yang belum layak, Kepala Dinas Sosial Natuna, Purwanti, tetap mengklaim bahwa program Sekolah Rakyat berjalan sesuai rencana. Ia menyebut sudah ada 85 anak yang mendaftar dari target 100 peserta.
“Tempatnya di Asrama Haji, dan itu sudah oke,” kata Purwanti, Jumat (18/7).
Pernyataan ini mengundang pertanyaan publik, mengingat kondisi di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Saat ditanya tentang kesiapan guru, Purwanti menyerahkan urusan itu ke Dinas Pendidikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Natuna, Hendra Kusuma, justru belum bisa memastikan kapan proses belajar-mengajar dimulai. Ia menyarankan wartawan untuk menghubungi sekretaris dinas, tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Program Sekolah Rakyat di Natuna sejatinya menjadi harapan baru bagi anak-anak putus sekolah di daerah perbatasan. Namun, kurangnya koordinasi antarlembaga dan lambannya persiapan membuat publik mulai ragu. Masyarakat kini mempertanyakan apakah janji manis tentang pendidikan kedua itu benar-benar akan terealisasi, atau hanya sekadar menjadi proyek yang kandas di tengah jalan. MK-nang
Redaktur : Munawir Sani