Jeritan Nelayan Natuna : Kapal Hongkong Tak Kunjung Datang, Ekonomi Kian Sulit

IMG-20250709-WA0016

Seorang nelayan Natuna, Saleh, sedang menceritakan keluh kesahnya kepada wartawan.(Foto/ist)

NATUNA (marwahkepri.com) – Saleh Iskandar, seorang nelayan asal Kelarik Air Mali, Kecamatan Bunguran Utara, Kabupaten Natuna, mengungkapkan keluh kesahnya terkait kondisi ekonomi yang semakin sulit, pada Rabu, 09 Juli 2025.

Kondisinya semakin parah karena disebabkan tidak kunjung datangnya kapal asal Hongkong yang biasa membeli ikan kerapu hasil tangkapannya.

“Sehari-hari saya hanya menggantungkan hidup dari laut. Tapi sekarang hasil melaut tidak bisa kami jual karena kapal Hongkong tidak datang. Ini sangat berdampak pada kebutuhan ekonomi keluarga saya,” ujar Saleh kepada awak media.

Saleh yang memiliki dua anak perempuan danĀ  masih duduk di bangku sekolah mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, termasuk membeli perlengkapan belajar.

Ikan kerapu dan Napoleon yang menjadi andalan penghasilan para nelayan di Natuna, selama ini dijual ke kapal asing, khususnya dari Hongkong. Namun, sejak beberapa waktu terakhir, kapal tersebut tidak lagi singgah di wilayah perairan Natuna.

Saleh menambahkan bahwa keluhan ini tidak hanya dirasakannya secara pribadi, tetapi juga menjadi keresahan seluruh nelayan di wilayah Natuna, khususnya di Kecamatan Bunguran Utara.

“Kami harap pemerintah bisa peka dengan kondisi kami. Kalau kapal Hongkong tidak datang, pemerintah harus cari solusi, seperti membuka lapangan pekerjaan bagi nelayan atau membeli hasil tangkapan kami dengan harga yang pantas,” katanya dengan nada penuh harap.

Erlina, istrinya Saleh, juga turut menyuarakan kesulitan ekonomi yang mereka alami.

“Kerja sekarang susah, harga sembako makin naik. Tapi penghasilan suami saya dari laut tidak cukup untuk menutupi semua kebutuhan,” ucap Erlina dengan nada sedih.

Mereka berharap, suara hati para nelayan bisa sampai ke telinga para pemangku kebijakan seperti Bupati dan DPRD Natuna, maupunĀ  instansi pemerintah terkait.

Nelayan bukan hanya butuh belas kasihan, tapi kebijakan nyata yang bisa menyelamatkan penghidupan mereka.MK-nang

Redaktur : Munawir Sani