2024 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah
JAKARTA (marwahkepri.com) – Penelitian terkini mengonfirmasi bahwa tahun 2024 akan tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan suhu global yang melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius dari era pra-industri. Namun, di balik data mengejutkan ini, terselip urgensi aksi nyata untuk menanggulangi dampak perubahan iklim yang semakin parah.
Menurut laporan Copernicus Climate Change Service (C3S), suhu rata-rata global hingga November 2024 telah mencapai rekor tertinggi. Samantha Burgess, Wakil Direktur C3S, menegaskan, “Data ini menunjukkan bahwa kita berada di titik kritis dalam sejarah perubahan iklim, dan tindakan yang lebih ambisius sangat diperlukan.”
Suhu global yang telah meningkat 1,3 derajat Celsius dibandingkan era pra-industri telah memicu berbagai bencana lingkungan, mulai dari kekeringan ekstrem, mencairnya lapisan es di kutub, hingga badai yang lebih dahsyat. Bahkan, menurut peneliti, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil mencapai puncaknya pada tahun ini.
Di berbagai belahan dunia, dampak perubahan iklim semakin nyata. Gelombang panas yang intens menghantam Eropa dan Asia, sementara kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda Amerika Selatan. “Kita tidak bisa lagi menganggap bahwa ini adalah peringatan semata. Ini adalah kenyataan yang sedang terjadi,” jelas Friederike Otto, dosen di Imperial College London.
Meski pola La Nina diprediksi akan memberikan sedikit pendinginan pada tahun 2025, Otto memperingatkan bahwa ini bukan berarti situasi akan kembali normal. “Gelombang panas, kekeringan, dan badai tropis tetap akan menjadi ancaman serius,” ujarnya.
Meskipun suhu tahun ini melewati ambang 1,5 derajat Celsius, Burgess mengingatkan bahwa ini tidak berarti Perjanjian Paris telah gagal. Sebaliknya, ini adalah panggilan mendesak bagi negara-negara untuk mempercepat upaya pengurangan emisi karbon dan beralih ke sumber energi terbarukan.
Dengan suhu yang terus meningkat, harapan terletak pada kolaborasi global untuk menjaga kenaikan suhu tetap di bawah 2 derajat Celsius. “Tindakan hari ini akan menentukan masa depan kita,” kata Burgess. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani