Umat Kristen Geram, Katedral Canterbury Jadi Acara Silent Disco

Katedral Canterbury dijadikan diskotik. (f: net)
Katedral Canterbury dijadikan diskotik. (f: net)
JAKARTA (marwahkepri.com) – Katedral Canterbury menjadi sorotan setelah menjadi lokasi untuk acara silent disco. Meskipun acara ini berbeda dari diskotek pada umumnya, keputusan menggunakan bangunan gereja sebagai tempat acara tersebut menuai kontroversi di kalangan umat Kristen.
Sebanyak 750 orang memenuhi Katedral Canterbury pada akhir pekan lalu untuk menghadiri acara silent disco yang mengusung tema musik-musik dari era 1990-an. Meskipun suasana di dalam katedral tetap tenang karena pengunjung mendengarkan musik melalui headphone pribadi mereka, namun hal ini tetap menimbulkan kegaduhan di kalangan umat Kristen.
Dr. Cajetan Skowronski, seorang perwakilan pendemo, menyatakan protesnya terhadap penggunaan tempat ibadah untuk acara hiburan semacam ini. “Kami tidak ingin ada pesta penuh minuman beralkohol, sambil mendengarkan musik Eminem di Rumah Tuhan,” protesnya.
Skowronski menegaskan bahwa bangunan suci seperti Katedral Canterbury tidak seharusnya digunakan untuk acara musik disko, karena hal tersebut dianggap dapat mengganggu kekhusyukan tempat ibadah dan membuat umat Kristen kehilangan keimanan.
Namun, pimpinan Katedral Canterbury, Dr. Monteith, membela keputusan tersebut dengan menyatakan bahwa katedral selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, lebih dari sekadar tempat ibadah. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa acara-acara yang digelar di katedral harus tetap menghormati tempat tersebut.
Jajak pendapat lokal mengungkapkan polarisasi pendapat mengenai acara silent disco ini. Meskipun 54 persen warga setempat setuju dengan event tersebut, namun 46 persen sisanya menolak penggunaan Katedral Canterbury untuk acara semacam itu.
Kontroversi ini semakin memanas dengan rencana Skorownski untuk menggelar demo damai bersama sekitar 30 umat Kristen lainnya sebagai bentuk protes terhadap keputusan pimpinan katedral. Dengan berbagai pandangan yang berbeda, nasib acara silent disco di Katedral Canterbury tetap menjadi perdebatan hangat di kalangan masyarakat setempat. MK-dtc
Redaktur : Munawir Sani